Cari Blog Ini

Laman

Total Tayangan Halaman

Minggu, 10 Oktober 2010

microform
  • Sejarah Perkembangan Microform

Pra-1920-an

Pada tahun 1920, microform dianggap sebagai suatu media infromasi yang baru, akan tetapi sebenarnya mikroform telah tercipta jauh sebelum tahun 1920. John Benjamin Dancer, seorang ilmuwan Inggris, dikenal sebagai Bapak dari Microphotography. Penelitiannya ini dimulai pertama kali dengan manufaktur microproduced teks baru pada awal 1839. Pada tahun 1853 ia berhasil menjual microphotographs sebagai slide yang dapat dilihat dengan mikroskop. Pada tahun 1859, seorang ahli kacamata dari Perancis yang bernama Rene Dagron dianugerahkan hak paten atas mikrofilm. Selama Perang Perancis-Rusia, Dagron menunjukkan penggunaan praktis untuk microforms. Mikrofilm yang berisi pesan penting dibawa oleh burung merpati melalui garis pertahanan Jerman.

1920-an

Penggunaan praktis mikrofilm secara komersial untuk pertama kalinya dikembangkan oleh seorang bankir New York City, George McCarthy, pada tahun 1920-an. Dia berikan hak paten pada tahun 1925 untuk mesin Checkograph yang dirancang olehnya untuk membuat salinan film permanen dari semua rekord bank. Pada tahun 1928, Eastman Kodak membeli penemuan McCarthy dan mulai memasarkannya di bawah Kodak’s Recordak Division.

1930 -an

Mikrofilm disempurnakan dengan kamera 35mm oleh Recordak pada tahun 1935 dan menerbitkan New York Times dalam bentuk microfilm. Sekitar tahun 1938 perpustakaan Universitas Harvard mengembangkan Foreign Newspaper Project dalam bentuk mikro. Proyek ini dilakukan atas dasar banyak kesulitan yang timbul dalam penyimpanan dan penggunaan surat kabar dan karena kertas cepat rusak. Hingga saat ini, proyek tersebut terus dikembangkan dan master microform disimpan di Pusat Studi Penelitian di Chicago. Pada tahun yang sama, terjadi peristiwa penting juga yaitu pendirian Universitas mikrofilm, Inc ('UMI') oleh Eugene Power. Dua peristiwa penting tersebut mempercepat penggunaan microforms untuk pengawetan arsip di perpustakaan dan lembaga-lembaga di Amerika.


1940-an

Selama Perang Dunia II microphotography digunakan secara luas untuk spionase (pengintaian) dan untuk mengirim surat oleh militer. Surat akan dikirim ke luar negeri dalam bentuk mikrofilm dengan V-mail atau hardcopy yang diproduksi dan disampaikan ke penerima. Perang juga membawa ancaman kehancuran terhadap catatan peradaban. Ancaman ini juga sangat urgensi untuk microfilm rekord, dokumen, arsip dan koleksi-koleksi lainnya.

1950-an dan 1960-an

Setelah perang, diajukanlah ide menggunakan microforms untuk sistem informasi aktif dan hanya untuk pengawetan bahan. Hal tersebut menunjukan bahwa perpustakaan memanfaatkan microforms sebagai sumber informasi aktif serta digunakan untuk media penyimpanan. Hal ini didukung dengan peningkatan pendanaan dan perbaikan teknologi pada akhir 1950-an dan 1960-an sehingga mendorong perpustakaan akademik dan perpustakaan riset untuk terus memperluas kegiatannya di bidang microforms.

1970-an

Pada tahun 1970-an, ledakan informasi memaksa perpustakaan dan lembaga informasi lainnya serta pengguna untuk menjadikan microforms hanya sebagai alternatif bahan cetak yang jumlahnya besar dan mahal. Improved film, readers, viewers, reader-printers, and the advent of portable lap readers made this money-saving choice more acceptable. Peningkatan film, readers, viewers, reader-printers, dan meningkatnya portable lap readers membuat hal ini suatu pilihan yang dapat menghemat uang dan lebih dapat diterima.

1980-an dan 1990-an

Kodak memperkenalkan polyester-based microfilm yang dengan cepat menjadi standar baru. Kodak Safety Film menggunakan bahan asetat yang memiliki kelemahan yaitu dalam prosesnya asetat akan mulai terurai menjadi asam asetat atau dikenal sebagai sindrom cuka . Proses ini memakan waktu beberapa dekade, sehingga tanpa terasa beberapa koleksi diawal mulai berbau salad.

Master microfilm yang permanen adalah standar untuk perpustakaan dan berfungsi dalam preservasi koleksi perpustakaan dan lembaga informasi lainnya. Heritage Microfilm becomes the first commercial vendor to apply Kodak Brown Toner technology to all of its silver film, resulting in "e;bulletproof"e; film that resists redox and is shown to accurately preserve images for over 500 years in aging simulation lab testing. Warisan Mikrofilm menjadi vendor komersial pertama yang menerapkan teknologi Kodak Brown Toner untuk semua film perak yang menghasilkan film bulletproof, film yang menolak redox dan ditampilkan secara akurat untuk melestarikan gambar lebih dari 500 tahun di laboratorium pengujian simulasi.

2000 dan seterusnya

With the production of 500 year life expectancy film by companies like Heritage, microforms will have a future not only in the short term but well into the new millennia. Setelah 500 tahun diproduksi, diharapkan microforms dapat terus bertahan dan akan memiliki masa depan, tidak hanya dalam jangka pendek tapi juga ke dalam milenium baru.

  • Keuntungan Microform

  1. Microform memungkinkan perpustakaan untuk lebih memperluas akses ke koleksi tanpa harus memasukkan item langka, rapuh, atau berharga dan mengatasi pencurian atau kerusakan.

  2. Biaya penyimpanan microform lebih murah dibandingkan dengan dokumen kertas. Biasanya dokumen yang memiliki halaman sebanyak 98 dengan ukuran muat pada satu fiche, mengurangi bahan asli sekitar 0,25%. Bila dibandingkan dengan kertas, microforms dapat mengurangi kebutuhan ruang penyimpanan hingga 95%.

  3. Biaya alih media dari kertas lebih murah dibandingkan dengan alih media kedalam media lainnya, seperti alih media digital.

  4. Standar pelestarian mikrofilm menggunakan proses silver halide yang menciptakan gambar silverr dalam emulsi hard gelatin pada dasar polyester. Dengan kondisi penyimpanan yang sesuai, microfilm dapat bertahan hidup hingga 500 tahun. Namun, dalam iklim tropis dengan kelembaban tinggi, jamur akan memakan gelatin yang digunakan untuk mengikat silver halide.

  5. Karena analog (sebuah gambar yang sebenarnya dari data asli), mudah untuk dilihat. Tidak seperti media digital, format microform tidak memerlukan software untuk memecahkan kode data yang disimpan didalamnya. Hal tersebut berarti format microform dapat langsung dipahami oleh orang-orang terpelajar dalam bahasa yang digunakan oleh dokumen asli dan hanya membutuhkan peralatan berupa kaca pembesar sederhana. Hal ini dapat menghilangkan masalah akibat perkembangan perangkat lunak.

  6. Pengguna tidak dapat merobek halaman atau merusak microform.

  7. Memiliki nilai intrinsik yang rendah dan tidak menarik untuk dicuri.

  8. Cetakan dari mikrofilm diterima secara hukum sebagai pengganti dokumen asli.


  • Kekurangan Microform

  1. Kerugian utama microforms adalah bahwa gambar tersebut terlalu kecil untuk dibaca dengan mata telanjang. Perpustakaan harus menggunakan alat pembaca khusus yang menampilkan gambar secara penuh pada ground-glass atau layar akrilik buram.

  2. Mesin pembaca yang digunakan untuk melihat mikrofilm seringkali sulit digunakan, sehingga membutuhkan keahlian khusus untuk pengguna.

  3. Ilustrasi fotografi yang diproduksi bersifat buruk dalam format microform, dengan hilangnya kejelasan dan halftones.

  4. Reader-printer tidak selalu tersedia. Hal ini membatasi pengguna untuk membuat salinan untuk tujuan mereka sendiri. Untuk memfoto kopi diperlukan mesin khusus bukan mesin fotokopi konvensional biasanya.

  5. Microform berwarna sangat mahal, sehingga menghambat penyediaan film berwarna di perpustakaan. Warna dalam pewarna fotografi juga cenderung mudah menurun dalam jangka panjang dan hal ini menyebabkan hilangnya informasi.

  6. Ketika disimpan dalam laci dengan kerapatan tertinggi, microfiche mudah hilang. Beberapa layanan microfiche menggunakan laci dengan kepadatan rendah dan dengan kantong yang diberi label untuk setiap kartunya.

  7. Seperti semua format media analog, microfiche memiliki kekurang dalam hal fitur yang dinikmati oleh pengguna media digital. Data digital dapat disalin dengan mudah dan dalam jumlah yang tak terbatas, sedangkan media anolog sulit untuk disalin. Data digital juga dapat diindeks dan dicari dengan mudah dari pada media analog.

  8. Membaca mikrofilm melalui mesin selama beberapa waktu dapat menyebabkan sakit kepala atau kelelahan mata.



  • Alat Pembaca dan Printer

Desktop pembaca adalah kotak dengan layar tembus di depannya di mana gambar diproyeksikan dari sebuah microform, yang dikenal sebagai microreader. Alat pembaca ini dapat digunakan semua jenis microform. Alat pembaca juga menawarkan pilihan pembesaran. Microreader biasanya memiliki motor untuk memajukan dan memundurkan film. When coding blips are recorded on the film a reader is used that can read the blips to find any required image. Ketika radar kode dicatat pada film pembaca yang digunakan, maka alat pembaca dapat membaca radar untuk menemukan gambar yang diperlukan.

Alat pembaca portable adalah perlengkapan plastik yang digunakan ketika mereka membuka proyek foto dari microfiche pada layar reflektif.

Sebuah printer mikrofilm berisi proses penyalinan xerographic, seperti mesin fotokopi . Gambar yang akan dicetak, diproyeksikan dengan gerakan sinkron pada drum. Perangkat ini menawarkan pratinjau gambar kecil untuk operator atau melihat image ukuran penuh. Printer Microform dapat menerima film positif atau negatif dan positif atau negatif gambar di atas kertas. Mesin baru memungkinkan pengguna untuk memindai gambar microform dan menyimpannya sebagai file digital.



  • Jenis-jenis Microform

  1. Flat film

Flat film 105 x 148 mm digunakan untuk gambar-gambar mikro yang sangat besar dalam teknik menggambar. Judul foto dapat tertulis di sepanjang salah satu tepi. Typical reduction is about 20, representing a drawing that is 2.00 x 2.80 metres, that is 79 x 110 in. These films are stored as microfiche. Tipe reduksi adalah sekitar 20, yang mewakili sebuah gambar 2,00 x 2,80 meter, yaitu 79 x 110 inchi. Film-film ini disimpan sebagai microfiche.

  1. Mikrofilm

Standar yang digunakan untuk gambar bergerak adalah 16 mm atau 35 mm, biasanya tidak berlubang. Roll mikrofilm disimpan pada gulungan terbuka atau dimasukkan ke dalam kaset. Panjang standar untuk rol film yang digunakan adalah 30,48 m (100 kaki). Satu rol film 35 mm dapat membawa 600 gambar besar atau 800 gambar halaman broadsheet koran. 16 mm film dapat mencakup 2.400 gambar surat dengan aliran tunggal pada gambar mikro film dengan panjang ditetapkan, sehingga baris teks sejajar dengan sisi film atau 10.000 dokumen kecil, misalkan cek atau slip taruhan, dengan kedua sisi aslinya ditetapkan berdampingan di film.

  1. Aperture cards

Aperture cards adalah kartu Hollerith yang dimasukkan ke dalam lubang yang telah dipotong. Sebuah chip mikrofilm berukuran 35 mm dipasang pada lubang dalam sebuah kantong plastik yang jelas, atau yang ditempel oleh pita perekat. Mereka digunakan untuk gambar teknik, untuk semua disiplin ilmu teknik. Aperture cards dapat disimpan di laci tersendiri

  1. Microfiche

Microfiche adalah sebuah film datar berukuran 105 x 148 mm. Ini membawa matriks gambar mikro. Semua microfiche dibaca dengan paralel teks ke sisi panjang fiche tersebut. Frames dapat berbentuk landscape or portrait. Sepanjang bagian atas fiche judul akan dicatat untuk identifikasi visual. Format yang paling sering digunakan adalah gambar portrait dengan ukuran sekitar 10 x 14 mm. Ukuran kertas atau halaman majalah memerlukan reduksi sebanyak 24 atau 25. Microfiche disimpan di atas amplop terbuka yang diletakkan di laci atau kotak sebagai kartu file, atau sebagai pelengkap dalam saku buku.

  1. Ultrafiche

Ultrafiche dapat dibuat langsung dari komputer menggunakan perangkat yang sesuai. Mereka biasanya digunakan untuk menyimpan data yang dikumpulkan dari operasi data yang sangat intensif seperti penginderaan jauh.

  • Konversi Digital

Scanning microfilm

Salah satu jenis konversi microform adalah konversi microform ke digital. Ini dilakukan dengan menggunakan scanner optik, kemudian mengatur proyek-proyek film ke sebuah CCD dan menangkapnya dalam format digital mentah. Scanner biasanya hanya mampu menangani satu jenis moicroform. Namun, scanner ini memungkinkan untuk bertukar modul microform jenis yang berbeda. Perangkat lunak (biasanya pada scanner itu sendiri) yang kemudian digunakan untuk mengkonversi microform dengan menangkap mentah menjadi sebuah format gambar standar untuk arsip.

Kondisi fisik mikrofilm sangat berpengaruh terhadap kualitas salinan digital. Mikrofilm dengan dasar selulosa asetat, sering terkena sindrom cuka (vinegar syndrome) , redoks blemishes, dan air mata, dan bahkan standar pelestarian silver halide film pada polyester dasar bisa terkena silvering dan degradasi emulsi, semua isu tersebut dapat mempengaruhi kualitas gambar yang discan.

Mikrofilm dapat didigitalisasi dengan murah. The Utah Digital Newspapers Program has found that, with automated equipment, scanning can be performed at $0.15 per page. Utah Digital Newspaper Program telah menemukan bahwa, dengan peralatan otomatis, scanning dapat dilakukan dengan harga $ 0.15 per halaman.


  • Preservasi dan Konservasi Microform


  1. Suhu dan kelembaban relatif

Secara umum, persyaratan microform mirip dengan bahan fotografi lainnya. Kelembaban relatif yang disarankan untuk semua jenis film adalah 50%. Batas limit yang dianjurkan untuk film silver-gelatin adalah 40%. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan noda mikroskopik dari oksidasi perak (kadang-kadang disebut "campak"). Suhu tidak boleh melebihi 70° F; suhu dingin yang lebih baik. Master film harus disimpan pada suhu maksimal 65 ° F, 35% RH, ± 5%. ANSI / NAPM IT9.11-1993 dan ANSI / PIMA IT9.2-1998 menentukan kondisi yang tepat untuk penyimpanan arsip film.

Jika suhu rendah dipertahankan untuk penyimpanan koleksi, dan jika pembaca berada di luar wilayah penyimpanan, maka microfilm harus dikondisikan terlebih dahulu kedalam suhu yang terdapat di ruang pembaca secara bertahap. Perubahan yang cepat dari dingin ke tempat hangat dapat menyebabkan kondensasi air pada permukaan film.

Sistem dehumidification harus menggunakan bahan pending. Pengering berbasis sistem dapat menghasilkan partikel debu halus yang dapat menggores permukaan film. Penyimpanan lemari pengering tidak dianjurkan untuk digunakan dengan koleksi microform; kelembaban relatif dalam sistem seperti ini sulit untuk dimonitori dan dikontrol, dan debu mungkin menggores permukaan film. Jika humidifikasi diperlukan untuk menstabilkan fluktuasi dalam lingkungan penyimpanan, itu harus berasal dari sistem dengan sumber air bebas kontaminan. Kerusakan inhibitor yang digunakan dalam sistem skala besar dapat meninggalkan deposito reaktif pada bahan perpustakaan dan arsip. Film sangat rentan terhadap kerusakan kimia dan materi yang bersifat kasar. Air atau larutan kimia tidak boleh digunakan untuk melembabkan lemari penyimpanan.

Seperti dalam kasus artefak kertas, fluktuasi pada suhu dan kelembaban relatif harus dikendalikan untuk pengawetan jangka panjang. Kelembaban relatif untuk koleksi microform digunakan tidak boleh bervariasi lebih dari ± 5%, dan ± 3% . The cooler the storage and the better controlled the relative humidity, the longer the expected life of the films. Dengan selalu mengontrol kelembapan relative dan tempat penyimpanan dingin dapat memungkinkan microform bertahan hidup lebih lama.

  1. Polusi

Partikel akibat polusi udara merupakan sumber penyebab goresan dan lecet pada mikrofilm. Silver-gelatin films are particularly vulnerable to such damage. Silver-film gelatin sangat rentan terhadap kerusakan tersebut. House cleaning, termasuk debu biasa, adalah penting dilakukan dalam penyimpanan dan daerah yang digunakan.

Kontaminsi gas di udara, misalnya oksida sulfur dan nitrogen, uap cat, amonia, peroksida, ozon, dan formaldehida adalah dasar kerusakan dan emulsi pada film. Pencemar ini dapat menghasilkan oksidasi atau mengurangi efek yang menyebabkan microblemishes pada film silver-gelatin. Oleh sebab itu, tindakan pencegahan harus diambil untuk mengurangi risiko eksposur. Microforms tidak boleh disimpan di dekat mesin fotokopi, yang dapat menjadi sumber ozon. Microforms juga harus dihapus dipindahkan dari area yang akan dicat, sirkulasi udara yang baik harus disediakan dari jendela yang terbuka, dan ruangan yang baru dicat harus dibiarkan selama tiga bulan sebelum film dikembalikan ke ruangan. Rak kayu dan lemari kaca tidak boleh digunakan di daerah-daerah tempat penyimpanan microform.

Diazo, vesikular, dan film silver-gelatin tidak boleh digulung pada gulungan yang sama atau disimpan dalam wadah yang sama. Ruang dan masalah akses biasanya membuat lemari terpisah untuk jenis film yang berbeda, tetapi pemisahan gulungan dan lengan fiche harus selalu dilakukan. Selain itu, film vesikular tua mungkin menjadi sumber kerusakan akibat asam. Mereka harus secara fisik dipisahkan dari film lain.

  1. Master negatif

Film generasi pertama (atau master negatif) harus menjadi negatif silver-gelatin yang diproduksi dari bentuk asli dan diproses sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam ANSI / AIIM MS23-1998. Hal ini adalah menyalin arsip yang digunakan untuk menghasilkan sebuah duplikat negatif untuk generasi salinan yang akan digunakan. Master negatif harus disimpan di lokasi yang berbeda dari salinan sekunder namun dalam kondisi sedekat mungkin secara ideal. There are a number of repositories that rent space for the archival storage of microfilm. Kondisi penyimpanan pada fasilitas yang dipilih harus memenuhi standar ANSI yang diuraikan dalam ANSI / NAPM IT9.11-1993. Master negatif hanya digunakan untuk reproduksi duplikat negatif yang hilang atau rusak akibat bencana.

  1. Duplikat negatif (atau Print-Master Negatif)

Duplikat negatif digunakan untuk menghasilkan salinan yang digunakan untuk koleksi. Ini harus disimpan dalam kondisi terbaik yang tersedia, karena berfungsi sebagai master, untuk melindungi master negatif. Idealnya, harus dipisahkan secara fisik dari salinan yang digunakan.

  1. Use copies (atau service copies)

Salah satu media yang ada atau format yang sering digunakan menkopi gambar dalam bentuk positif. Gambar positif ini yang biasanya digunakan untuk pengguna. Penyimpanan dan penanganan yang baik akan memperpanjang umur salinan yang digunakan, sehingga melindungi generasi microforms sebelumnya.

  1. Lampiran penyimpanan

Karena sulit untuk menggunakan teknologi yang tersedia dalam menghapus kontaminasi gas, penting untuk menyertakan film polyester dengan baik. (Film asetat yang lama, bagaimanapun, gas dapat menyebabkan meningkatnya asam pada asetat. Oleh sebab itu, tempat penimpanan harus memiliki ventilasi yang baik atau disegel dengan saringan molekuler). Jika master negatif polyester disimpan dalam lingkungan yang dikendalikan dengan buruk, kaleng logam yang tertutup atau kotak plastik inert dapat memberikan solusi. Kaleng yang digunakan harus memenuhi persyaratan komposisi kimia. Hai ini dibutuhkan penelitian akan perlu secara berkala untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan yang terjadi. Jika tidak ada kerusakan nyata, film ini kemudian dapat dikembalikan ke kaleng dan dikondisikan dengan baik. Namun, lebih baik menyimpan film master dalam kotak pelestarian yang berkualitas dan suhu dan kelembaban relative yang dikendalikan.

Lampiran harus dipilih mengikuti pedoman yang ditetapkan untuk penyimpanan arsip dan semua harus lulus uji Photographic Activities Test seperti yang dilakukan oleh Image Permanence Institute. NEDCC merekomendasikan agar menggunakan kertas lampiran yang berkualitas tinggi, kertas lignin bebas asam, kertas buffered atau neutral. Kotak penyimpanan MicroChamber (diproduksi oleh Conservation Resources International, Inc, dari Springfield, Virginia) terbuat dari papan diresapi dengan zeolit, yang menetralisir polutan gas. Penggunaan kotak ini dapat meningkatkan kehidupan film secara signifikan pada lingkungan yang sangat tercemar dengan ozon, peroksida, dan senyawa lain yang menyerang mikrofilim, tetapi juga dapat memperlambat kerusakan dari bahan kimia off-gassed. Bila memungkinkan, perekat harus dihindari. Plastik yang amanuntuk digunakan, antara lain seperti polyester, polyethylene, atau polypropylene.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, berbagai jenis film harus disimpan dalam kotak yang berbeda untuk mencegah interaksi kimia. Sistem penyimpanan harus dirancang untuk meminimalkan penanganan, dan lemari penyimpanan harus dapat memfasilitasi pelestarian dan temu kembali informasi. Kerusakan pada koleksi yang digunakan memang tidak dapat dihindari, namun dapat mengendalikan kecepatan dan tingkat keparahan yang terjadi.

  • Penanganan Film

Minyak asam dan sidik jari dapat merusak film, oleh karena itu pengguna harus selalu memakai sarung tangan jika menangani master negatif. Microfich harus segera disimpan kembali setelah digunakan. Selain itu, gulungan film tidak boleh ditarik sampai ketat terhadap pening karena hal ini dapat menyebabkan lecet. Pendidikan staf dan pengguna mengenai penanganan tepat terhadap microforms, sangat penting untuk memperpanjang umur microform itu sendiri.

  • Peralatan

Kemudahan penggunaan dan pemeliharaan harus dipertimbangkan dalam memilih peralatan. Mesin pembaca microform menghasilkan panas. ANSI menentukan batas maksimum sebesar 167 ° F untuk suhu di bidang film. Namun, beberapa film diazo rusak pada suhu ini, dan kontak yang terlalu lama untuk area kecil dari film (misalnya, bingkai tunggal) harus dihindari karena alasan ini. As mentioned above, vesicular film damage can occur at temperatures below the ANSI limit, so special care is warranted. Sebagaimana disebutkan di atas, kerusakan film vesikular dapat terjadi pada temperatur di bawah batas ANSI, perawatan begitu istimewa dibenarkan. Mesin pembaca microform harus dimatikan jika penggunaan peralatan tersebut telah mengahasilkan suhu diatas maximum yang dapat merusak microform.

Ukuran lensa Reader harus mempertimbangkan pengurangan rasio yang digunakan untuk memfilmkan. Dalam pelestarian mikrofilm gambar biasanya direduksi antara 8x dan 14x, jadi pembesaran lensa harus berada dalam rasio yang sama. Lensa zoom, yang memungkinkan untuk mengubah pembesaran harus tersedia.

Peralatan harus diperiksa dan dipelihara setiap harinnya, atau seminggu sekali. Peralatan yang kotor akan menurunkan kualitas gambar. Seorang anggota staf harus memiliki tanggung jawab yang ditugaskan untuk memelihara peralatan dan harus dilatih oleh oaring yang ahli. Debu di dataran kaca akan diperbesar oleh optik pembaca. Debu juga dapat ditransfer ke microform, sehingga dapat merusak micromorm. Penutup debu harus selalu digunakan, meskipun tidak digunakan. Kotoran yang terdapat di tepi flat kaca dapat menimbulkan abrasi pada film. Oleh sebab itu, kaca flat dan operator harus dibersihkan setiap hari. Sebuah prosedur untuk membersihkan lensa, cermin, dan permukaan matte dari tampilan layar juga harus dibuat. Pembersihan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena alat-alat tersebut mudah rusak.

  • Perencanaan bencana

Perencanaa bencana sangat penting untuk koleksi microform. Microforms sangat rentan terhadap kerusakan air. Mereka harus dilindungi dari banjir atau pipa yang meledak. Setelah basah, bahan ini tidak boleh dibiarkan kering dalam gulungan atau kotak karena bahan yang digunakan dalam kotak akan menempel dengan microform itu sendiri. Microforms basah harus dikeluarkan dari tempat penyimpanannya. Gulungan film harus dibuka dari gulungannya untuk pengeringan.

Microforms yang basah tidak boleh beku atau beku-kering karena lapisan film dapat terpisah sebagai hasilnya dan penanganan pada kerusakan akan sulit untuk dicegah. Jika microforms tidak dapat segera kering oleh udara, mereka harus direndam air bersih, air dingin dan dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pencucian dan pengeringan yang aman. Pertumbuhan jamur harus dicegah pada semua jenis film. Jamur dapat dibersihkan dengan sedikit membasahi kain bebas asam, jika cetakan gelatin menginfeksi silver-film maka carilah bantuan profesional.

  • Memilih provider microform

Provider microforms komersial sering menyediakan biaya untuk mengkonversi buku-buku dan dokumen kebentuk microform. Sebagaimana dinyatakan di atas, masing-masing lembaga harus mengembangkan standar untuk microfilm dan standar ini harus menjadi bagian dari kontrak layanan. Lembaga-lembaga informasi harus mengunjungi provider microform untuk memastikan bahwa terdapat perlindungan terhadap kebakaran dan keamanan yang memenuhi untuk kebutuhan koleksi yang akan difilmkan. Hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan bahan asli yang akan kembali ke koleksi.

Jika institusi ingin mempertahankan bahan dalam bentuk aslinya, sebuah Filmer-services khusus dapat menjadi bahan pertimbangan. Biaya untuk pelayanan khusus ini mungkin akan lebih tinggi. Jika perlu, hubungi seorang prfesional dalam hal peservasi untuk meminta nasihat.

Daftar Pustaka

http://www.nedcc.org/resources/leaflets/6Reformatting/01MicrofilmAndMicrofiche.php

http://en.wikipedia.org/wiki/Microform

http://www.microfilmshop.com/briefhistoryofmicrofilm.aspx






DUBLIN CORE
Kisah DCMES berawal dengan serangkaian diskusi pada bulan Oktober 1994 di Chicago. Ketika itu di sana sedang berlangsung International World Wide Web Conference ke-2 yang dihadiri juga oleh tokoh dari lingkungan perpustakaan, khususnya dari OCLC (Online Computer Library Center). Salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah publikasi ilmiah lewat WWW, dan masalah temu balik sumber informasi di WWW yang bukan semakin mudah tetapi semakin kompleks. Disepakati bahwa perlu diadakan suatu lokakarya untuk membahas kemungkinan menciptakan suatu format metadata yang dapat mempermudah resource discovery dari web resources. NCSA (National Computational Science Alliance dari Amerika Serikat) dan OCLC menjadi pemrakarsa lokakarya ini yang diadakan di lokasi OCLC, di Dublin, Ohio, pada tahun 1995. Hasil dari lokakarya ini adalah Dublin Core Metadata Element Set (DCMES), yaitu standar metadata yang sekarang lebih dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Lokakarya pertama ini disusul serangkaian lokakarya internasional yang bertujuan mengembangkan dan menyebarluaskan penerapan Dublin Core khususnya, dan standar metadata lain yang dapat meningkatkan resource discovery umumnya. DCMI adalah organisasi yang berada di belakang kegiatan ini.
Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Standard ini dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Namun elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.


Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
a. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
b. Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
c. Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh awam (bukan pengatalog) maupun profesional. Diharapkan bahwa pencipta resource itu sendiri akan dapat membuat metadata (deskripsi) karya mereka tanpa memerlukan pelatihan khusus.
d. Semua unsur bersifat opsional dan dapat diulang apabila diperlukan.
e. Unsur-unsur diterima secara internasional, dan dapat diterapkan oleh semua disiplin ilmu.
f. Setiap unsur dapat diperluas agar data yang lebih khusus (misalnya untuk disiplin ilmu atau aplikasi khusus) dapat tertampung.
g. Dapat ditempatkan di dalam Web page (embedded) biasanya sebagai bagian dari header, sehingga dapat dideteksi oleh web robot atau spider.

Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
a. Title : judul dari sumber informasi.
b. Creator : pencipta sumber informasi.
c. Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi.
d. Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian.
e. Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi.
f. Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi.
g. Date : tanggal penciptaan sumber informasi.
h. Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya.
i. Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi.
j. Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs.
k. Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi.
l. Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi.
m. Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
n. Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu.
o. Rights : pemilik hak cipta sumber informasi.

Ketika Dublin Core kemudian berkembang menjadi skema dengan dua versi (Qualified dan Unqualified), maka versi Qualified dilengkapi dengan tiga unsur tambahan: Audience, Provenance, dan RightsHolder.
Dalam skema DC unsur-unsur diberi definisi, tetapi selain definisi tersebut tidak ada panduan untuk pengisian unsur, tidak ada content rules. Pengguna dapat mengisi unsur tanpa terikat pada ketentuan apapun, sehingga keseragaman dan konsistensi antar lembaga atau sistem pemakai Dublin Core sulit tercapai, bahkan dalam satu sistem pun tidak ada keseragaman. Dublin Core dengan 15 unsurnya sebenarnya hanya kerangka (framework) atau container, dan container ini harus diisi dengan data yang dipilih berdasarkan standar untuk isi agar menghasilkan metadata yang dapat berfungsi dengan baik dalam proses resource discovery dan description.
Aplikasi Dublin Core
Metadata dapat dijadikan bagian dari suatu resource, dapat juga disimpan dan ditampilkan terpisah dari resource yang dideskripsikan. KDT (Katalog dalam Terbitan) atau CIP (Cataloging in Publication) pada verso halaman judul buku adalah contoh dari metode pertama, sedangkan kartu katalog atau cantuman OPAC adalah contoh dari yang kedua. Metadata Dublin Core dapat menjadi bagian dari resource, disusun oleh pencipta resource atau oleh orang lain, atau terpisah dari resource sebagai entri katalog atau pangkalan data. Di bawah ini diperlihatkan contoh metadata Dublin Core yang “tertanam” (embedded) dalam resource sebagai bagian dari header:








Contoh dalam format HTML (Hypertext Markup Language) di atas menggunakan tengara atau tag , dan metadata ini invisible, alias tidak terlihat oleh orang yang menyimak web page ini lewat browser-nya. Tetapi metadata ini dapat dideteksi dan “dibaca” oleh spider, crawler, atau web robot (semuanya program komputer) yang menjelajahi WWW, mengumpulkan web pages untuk dimasukkan dalam pangkalan data atau indeks yang nantinya akan digunakan oleh search engine untuk menjawab permintaan penelusur. Apabila setiap pencipta web page membuat metadata yang mendeskripsikan web page ciptaannya, dengan sendirinya ini nanti akan membantu sekali upaya discovery atau penemuan. Bertolak dari pemikiran inilah DCMI berupaya membuat Dublin Core sederhana dan mudah diaplikasikan. Namun harapan bahwa semua pencipta web resource mau dan sanggup membuat metadata kurang terpenuhi. Data yang dibuat oleh pencipta cenderung kurang lengkap, tidak konsisten, sehingga tidak banyak manfaatnya untuk temu kembali atau resource discovery. Hal ini tidak sepenuhnya kesalahan pencipta, tetapi justru akibat kesederhanaan Dublin Core dan kurangnya panduan dan peraturan yang jelas dan cukup mengikat yang harus ditaati sewaktu membuat metadata dengan format Dublin Core.


Qualified dan Unqualified Dublin Core
Kesederhanaan Dublin Core oleh fihak tertentu dianggap sebagai salah satu kekuatannya yang harus dipertahankan (para minimalis), sedangkan fihak lain (strukturalis) berpendapat bahwa kesederhanaan ini membuat resource description dan discovery dengan Dublin Core kurang memuaskan. Library of Congress Cataloging Directorate (2004) misalnya berpendapat bahwa versi Dublin Core standar (versi sederhana) adalah “inadequate for almost any specific application or context apart from cross-domain discovery.” Maka kemudian diputuskan oleh DCMI bahwa unsur tertentu dari Dublin Core dapat dilengkapi dengan qualifier. Ada dua kelompok besar qualifier:
1. Element Refinements yang berfungsi mempersempit, yaitu membuat lebih spesifik suatu unsur.
2. Encoding Schemes yaitu skema yang membantu memperjelas nilai suatu unsur, seperti kosa kata terkendali dan bagan klasifikasi dan daftar-daftar standar lain.
Contoh Element Refinements:
Title
Selain judul resmi judul lain dapat ditambah, misalnya judul alternatif, judul singkat, judul terjemahan.
Date
Tanggal yang dapat dicatat adalah tanggal penciptaan, tanggal berlaku (validity), tanggal dikeluarkan (issue), tanggal modifikasi.
Contoh Encoding Schemes
Subject
Diisi dengan menggunakan Library of Congress Subject Headings (LCSH), MeSH (Medical Subject Headings), Dewey Decimal Classification (DDC), Library of Congress Classification (LCC), Universal Decimal Classification (UDC).
Date
Tanggal dicatat sesuai dengan daftar standar DCMI dan W3CDTF (World Wide Web Consortium) .
Language
Bahasa dicatat dengan menggunakan kode dari daftar standar ISO639-2.
Apabila Dublin Core diterapkan dengan berbagai qualifier, bisa menghasilkan metadata yang lebih lengkap dan terstruktur, namun ironisnya ialah bahwa dengan demikian kesederhanaan hilang, dan penyusunan deskripsi menjadi sama kompleksnya dengan deskripsi yang dibuat oleh para pustakawan profesional dengan AACR2 dan MARC. Hampir tiap lembaga pengguna Dublin Core membuat modifikasi untuk memenuhi kebutuhan setempat sehingga tukar menukar metadata tidak dapat dilakukan dengan mudah lagi.
Tujuan Dublin Core
Bagi “pengatalog tradisional” yang melaksanakan tugasnya berdasarkan standar-standar baku dan teruji seperti AACR, daftar-daftar tajuk subyek atau tesaurus, daftar pengendali untuk nama (name authority files), dan lain sebagainya, Dublin Core, khususnya versi Unqualified, kurang memuaskan. Kelompok pakar yang menjadi pelopor dan pendukung yang berkarya terus lewat DCMI, menerima kritik terhadap skema Dublin Core, namun mereka mengingatkan bahwa Dublin Core punya tujuan (goals) tertentu, dan penilaian terhadap skema ini dan produknya (metadata) seharusnya dilakukan dengan memperhitungkan tujuan-tujuan ini. Tujuan Dublin Core ialah:
1. Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali.
2. Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Menemukan informasi relevan di belantara internet sering terhambat oleh perbedaan dalam terminologi dan deskripsi antar bidang. Dublin Core membantu “turis digital” -- penelusur awam atau non-profesional – dengan menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah difahami. Unsur “creator” misalnya, dapat diterima dan dimengerti oleh ilmuwan, peneliti, maupun penggubah atau artis.
(a) Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai, Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesia , dan Spanyol. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group mengkoordinasikan upaya untuk menghubung-hubungkan versi-versi ini lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik
(b) Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan, kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan. Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core sesuai dengn kebutuhan yang timbul di lapangan. Komunitas lain menciptakan skema metadata yang cocok untuk kebutuhan komunitas mereka. Unsur-unsur metadata dari skema ini dapat digunakan berbarengan dengan metadata Dublin Core untuk menunjang interoperability
SGML.
SGML (Standard Generalized Markup Language) adalah bahasa pemrograman markup (markah) yang dipakai untuk sebuah dokumen yang standar. SGML ini merupakan pengembangan dari bahasa GML (Generalized Markup Language) yang dibuat oleh perusahaan IBM pada tahun 1960 (yaitu oleh Charles Goldfarb, Edward Mosher dan Raymond Lorie yang secara kebetulan mempunyai huruf pertama pada nama keluarga mereka membentuk singkatan GML). SGML dikembangkan dan distandarisasi oleh International Standards Organization (ISO) pada tahun 1986.
SGML digunakan sebagian besar untuk mengelola dokumen besar yang nantinya sering direvisi dan perlu dicetak dalam format yang berbeda. karena besar dan kompleks, maka SGML belum banyak diguganakan pada komputer pribadi.
SGML mengambil konsep deskriptif markup melampaui tingkat bahasa markup lainnya. Dengan mendefinisikan peran masing-masing, bagian teks pada model formal, program-program pengguna berdasarkan SGML dapat memeriksa bahwa setiap elemen teks digunakan di tempat yang tepat. SGML memungkinkan komputer untuk memeriksa, misalnya, bahwa pengguna tidak sengaja memasukkan pos tingkat ketiga tanpa terlebih dahulu harus memasukkan judul tingkat kedua.
Setelah model formal telah ditetapkan untuk suatu jenis dokumen tertentu maka ada kemungkinan untuk off-load sebagian besar tugas markup dokumen ke komputer. Dengan memberikan petunjuk yang cukup pada komputer di mana ia berada dalam model, memungkin untuk membuat sebuah sistem secara otomatis untuk menambahkan markup yang tepat ke file.
SGML juga memungkinkan pengguna untuk:
link file bersama untuk membentuk dokumen komposit
mengidentifikasi di mana ilustrasi harus dimasukkan ke dalam file teks
membuat versi berbeda dari sebuah dokumen dalam satu file
menambahkan komentar editorial ke file
menyediakan informasi untuk mendukung program.
Teknik pengambilan data tertulis khusus dan program format dokumen yang diambil secara bersamaan, memungkinkan sistem produksi dokumen yang terintegrasi untuk dikembangkan.
SGML tidak dirancang untuk menjadi cara standar pengkodean teks. Sebenarnya tidak mungkin untuk merancang sebuah skema pengkodean yang akan sesuai dengan semua bahasa dan semua aplikasi. Sebaliknya SGML adalah bahasa formal yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai komponen dari suatu dokumen ke sistem komputer lain. SGML cukup fleksibel untuk dapat menggambarkan struktur teks logis, apakah itu suatu bentuk, memo, surat, laporan, buku, ensiklopedia, kamus atau database.
Komponen SGML
SGML didasarkan pada konsep dokumen yang terdiri dari serangkaian entitas. ( `Badan 'adalah ejaan bahasa Inggris dari kata Perancis` entité', yang Teutonik yang setara dengan `hal '). Mereka yang akrab dengan teknik-teknik pemrograman modern akan mungkin akan lebih nyaman menggunakan kata `objek '. Semua istilah-istilah ini adalah sinonim.) Setiap entitas dapat berisi satu atau lebih elemen logis. Masing-masing dari elemen-elemen ini dapat memiliki atribut-atribut tertentu (properti) yang menggambarkan cara yang harus diproses. SGML menyediakan cara untuk menggambarkan hubungan antara entitas, elemen dan atribut, dan menceritakan bagaimana komputer dapat mengenali bagian-bagian dari sebuah dokumen.
SGML berbeda dari bahasa markup lainnya bahwa hal itu tidak hanya menunjukkan dimana terjadi perubahan penampilan, atau di mana elemen baru dimulai. SGML menetapkan dengan jelas mengidentifikasi batas-batas dari setiap bagian dari dokumen, apakah itu bab baru, sepotong boilerplate teks, atau acuan publikasi lain. Tapi SGML tidak menganggap bahwa hal itu akan terjadi di mana segala sesuatu dimulai dan berakhir. Alih-alih memberikan aturan yang memungkinkan komputer untuk mengenali mana berbagai unsur entitas teks awal dan akhir. Dengan hati-hati menggunakan aturan-aturan ini jumlah pengkodean yang perlu dimasukkan oleh operator manusia dapat dikurangi secara minimal.
Untuk memungkinkan komputer untuk melakukan sebanyak mungkin pekerjaan, SGML mengharuskan pengguna untuk menyediakan model dokumen yang dihasilkan. Model ini, yang disebut Document Type Definition (DTD), menjelaskan setiap elemen dari dokumen dalam bentuk yang komputer dapat mengerti. DTD menunjukkan bagaimana berbagai elemen yang membentuk sebuah dokumen yang berhubungan satu sama lain.
Untuk memungkinkan komputer dengan benar mengidentifikasi di mana setiap bagian dari dokumen SGML dimulai dan diakhiri mensyaratkan bahwa pengguna menyatakan, dalam Deklarasi SGML, bagaimana komputer ini mengidentifikasi markup, dan kode apa yang telah digunakan untuk mengidentifikasi dan membatasi urutan markup.
Bagaimana SGML digunakan?
Untuk menggunakan tag markup set yang telah ditetapkan oleh asosiasi perdagangan atau badan serupa, pengguna perlu mengetahui bagaimana tag markup dipisahkan dari teks biasa dan di mana memesan berbagai elemen harus digunakan masuk Sistem yang mengerti SGML dapat menyediakan pengguna dengan daftar elemen-elemen yang berlaku pada setiap titik di dalam dokumen, dan akan secara otomatis menambahkan yang diperlukan untuk nama delimiters untuk menghasilkan markup tag. Di mana sistem pengambilan data yang tidak mengerti SGML, pengguna harus baik peta skema pengkodean lokal mereka ke tag SGML yang relevan menetapkan atau masukkan tag SGML validasi manual untuk nanti.
Karena set tag SGML didasarkan pada struktur logis dari dokumen mereka agak lebih mudah untuk memahami, dan ingat, daripada markup berdasarkan skema fisik. Biasanya sebuah memo dapat dikodekan sebagai berikut:
Semua staf
Martin Bryan
November 5
Kucing dan Anjing
Harap ingat untuk menyimpan semua kucing dan anjing dalam ruangan malam ini.
Ketika diproses oleh sebuah dokumen SGML analyzer (sering disebut dengan istilah teknis `parser ') file ini sepenuhnya kode untuk mengidentifikasi awal dan akhir setiap elemen dalam file. Ketika hal ini dilakukan file mungkin akan memiliki form berikut:

Semua staf

Martin Bryan

November 5

Kucing dan Anjing

Harap ingat untuk menyimpan semua kucing dan anjing dalam ruangan malam ini.

Pada pandangan pertama file ini agak menakutkan, tapi dalam bentuk khusus ini file sangat ideal untuk sebuah komputer untuk diikuti, dan karena itu proses. Awal dan akhir setiap komponen dari file telah diidentifikasi secara jelas dengan sebuah tag awal (misalnya dan tag akhir (misalnya Para tag telah ditempatkan pada garis-garis mereka sendiri untuk membuat mereka lebih mudah untuk menemukan, trik dimungkinkan oleh peraturan khusus yang digunakan untuk proses SGML tombol kembali pada awal dan akhir elemen teks.
Perhatikan bahwa pada titik ini apa-apa yang telah dikatakan tentang format dokumen final. Dari format netral disediakan oleh SGML Anda dapat memilih untuk mencetak teks ke pra-bentuk cetak, atau untuk menghasilkan bentuk baru, posisi setiap elemen dari dokumen yang diperlukan. Proses ini bukan bagian dari analisis dokumen SGML, yang merupakan fungsi terpisah dilakukan oleh program lain. (ISO saat ini sedang mengembangkan sebuah Dokumen Gaya Semantik dan Spesifikasi Bahasa (DSSSL) yang akan memungkinkan format yang diperlukan untuk setiap elemen dalam SGML - kode file yang akan ditentukan.)

XML

XML (Extensible Markup Language) adalah sebuah bahasa gambaran-dokumen berdasarkan pada SGML (Standard Generalized Markup Language) dan adalah sebuah tujuan pengganti untuk HTML (HyperText Markup Language).
Ini disebut "extensible" karena ini tidak membuat sebuah set tag yang tetap seperti HTML. Melainkan, XML sebenarnya adalah 'metalanguage', yang memperbolehkan anda untuk merancang bahasa markup menurut selera anda untuk segala jenis dokumen.
XML memudahakan mesin untuk membaca situs dari web, dengan cara membuat pengembang web dapat menambahkan lebih banyak “tag” pada halaman sebuah web. Saat ini, ketika anda menggunakan browser anda untuk mencari sebuah situs web, mesin pencari bisa memunculkan banyak pilihan, akibatnya sulit mencari situs khusus yang anda inginkan - katakanlah, situs yang menyediakan resep hidangan ayam rendah kalori untuk 12 porsi. Menurut Krantz, “XML membuat situs web menjadi cukup cerdas untuk memberitahu mesin lain untuk mencari informasi mengenai resep masakan ayam, tiket pesawat, atau sepasang blue-jeans dengan lingkat pinggang 86cm”. XML memungkinkan pengembang situs web dapat meletakan tag pada halaman web mereka, mendeskripsikan informasi resep makanan semisal “bahan”, “kalori”, “lama memasak”, dan “porsi”. lebih lanjut browser anda tidak perlu lagi mencari semua web untuk mendapatkan resep ayam rendah kalori dengan porsi 12.
Berikut ini adalah contoh tag XML:
Maria
Roberts
/10-29-52
XML adalah sebuah terbitan standar oleh World Wide Web Consortium (W3C), dimana merupakan sebuah organisasi yang mengembangkan standar-standar yang bermacam-macam pada teknologi yang berhubungan dengan Internet seperti HTML dan Cascading Style Sheets (CSS).
Pengembangan XML dimulai pada tahun 1996 dan dimulai oleh Jon Bosak dari Sun Microsystems. Dia mengatur sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa alhi bahasa markup untuk mengembangkan sebuah versi sederhana dari SGML (Standard Generalized Markup Language) untuk Web. Pada February 1998, spesifikasi XML 1.0 menjadi sebuah rekomendasi W3C.
Sejarah mengatakan, SGML adalah sebuah cara yang besar, kuat, dan rumit untuk menyandikan kedua teks dan data. Ini sudah digunakan pada perindustrian dan perdagangan besar sejak tahun 1986, dan terdapat keahlian dan perangkat lunak yang signifikan di dalamnya. XML adalah versi ringan, ramping dari SGML yang cukup berguna pada fungsionalitasnya, tetapi menghapus semua fitur pilihan yang membuat SGML terlalu rumit untuk diprogramkan di dalam lingkungan Web.
Kebutuhan atas versi yang lebih kecil, sederhana pada SGML memperbolehkan untuk diproses dengan mudah baik pada mesin atau manusia dan pertukaran pada sistem operasi, aplikasi, dan perangkat keras yang berbeda. XML dapat digunakan untuk menyimpan segala jenis struktur informasi, dan mengurung atau membungkus informasi guna untuk dikirim antar sistem komputer yang berbeda dimana sebaliknya tidak dapat berkomunikasi. Semenjak publikasi terhadap rekomendasi orisinil W3C di tahun 1998, banyak teknologi telah berkembang menggunakan model XML antara lain:
1. Penyusunan dan penerbitan: CSS (Cascading Style Sheets) dan XHTML (Extensible Hypertext Markup Language).
2. Karangan, struktur dan pengesahan: SGML (Standard Generalized Markup Language) dan DTD (Document Type Definition)
3. Pemrograman: SAX (Simple API for XML) dan DOM (Document Object Model).
W3C menunjuk pada standar mereka sebagai rekomendasi. Seperti HTML dan CSS. XML adalah sebuah standar terbuka, yang artinya ini dibagi dan tersedia untuk semua. Ini memungkinkan bagi banyak perusahaan untuk masuk ke rekomendasi mereka dan memulai pada hal yang sama.

Melindungi Warisan Budaya, Melindungi Kekayaan Intelektual dan Menghormati Hak dan Kepentingan Masyarakat Adat: Apakah Peran Museum, Arsip dan Perpustakaan?
____________________________________________________________________

Pengenalan
Museum
, arsip, perpustakaan, antropolog, sejarawan seni dan etnolog memainkan
peran yang sangat berharga dalam melestarikan warisan budaya yang kaya dari planet kita. Dengan menyimpan musik, seni, pengetahuan dan tradisi masyarakat adat melalui lembaga dan peneliti dapat membantu menyebarkan pemahaman yang lebih luas dan penghormatan terhadap budaya yang berbeda. Inisiatif baru untuk mendigitalkan warisan budaya, kekayaan intelektual dan membuat hal tersebut tersedia di perpustakaan dan dilindungi sebagai warisan budaya dan koleksi sejarah lainnya memegang janji untuk mempromosikan pertukaran budaya dan keanekaragaman; museum, perpustakaan dan jasa arsip; kemajuan ilmiah dan kesarjanaan; kesempatan pendidikan, dan, kreatifitas.

Namun, masyarakat adat dan komunitas adat lain mengekspresikan keprihatinan bahwa terkadang kegiatan yang dilakukan oleh museum dan ahli budaya tidak memperhitungkan hak-hak dan kepentingan mereka, dan dikatakan pula bahwa orang-orang yang mendokumentasikan dan menampilkan lagu tradisional atau simbol suku sering disalahgunakan. Dengan kata lain, proses pelestarian ekspresi budaya tradisional dapat memicu keprihatinan akan kurangnya perlindungan hukum terhadap penyalahgunaan.

Hal ini menimbulkan keprihatinan untuk mencari pertanyaan tentang praktek, kebijakan dan undang-undang yang mengatur akses kepemilikan dan kontrol atas koleksi yang ditempatkan di museum-museum, perpustakaan dan arsip dan bagaimana menanggapi kebutuhan dan kepentingan masyarakat adat. Meskipun
masalah ini menjangkau hukum dunia, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai peran hukum properti intelektual (IP). Masalah IP dapat mencakup setiap tahap
koleksi, katalog, inventarisasi, pencatatan, penyajian, dan penggunaan kembali bahan budaya oleh lembaga pelestarian budaya dan spesialis.

Saat ini teknologi baru menawarkan kemungkinan-kemungkinan yang menarik untuk meningkatkan akses yang lebih baik. Dalam melestarikan koleksi etnografi, perhatian atas akses, kepemilikan dan kontrol menjadi suatu hal yang mendesak bagi musium dan lembaga lainnya untuk mengatur koleksi mereka di perpustakaan digital. Selanjutnya, masyarakat adat mengalami perubahan yang semakin meningkat dari subyek pelajaran untuk pengguna baru koleksi etnografi dan lain-lain. Peserta aktif dalam
menafsirkan, menyajikan, dan kembali menggunakan bahan budaya, hubungan yang berkembang antara sumber masyarakat dan lembaga koleksi-induk dan penelitian untuk pendekatan dan models baru.3

lembaga-lembaga Budaya, spesialis dan lain-lain semakin mencari teknis informasi dan nasihat tentang isu-isu ini dengan tujuan untuk merumuskan strategi yang tepat yang sesuai dengan laporan masalah IP. World Intellectual Property Organization (WIPO) bertugas melaksanakan proyek di daerah-daerah yang bertujuan untuk mengembangkan pedoman IP yang terkait dan model perjanjian yang terkait dengan pengamanan warisan budaya.

Yang terpenting adalah memunculkan pertanyaan-pertanyaan akan IP yang tidak dimaksudkan untuk mempersulit atau membatasi melainkan melengkapi dan mendukung kegiatan lembaga kebudayaan.

Memperjelas isu dan pilihan IP dalam kaitannya dengan menjaga warisan budaya, dengan menutup keterlibatan museum, arsip, masyarakat adat dan stakeholder lainnya, dapat memperkuat sinergi antara perlindungan dokumentasi budaya dan pelestariannya,
meningkatkan rasa hormat terhadap budaya tradisional dan mempromosikan secara lebih luas, pertukaran ekspresi budaya yang aman dan adil antara masyarakat dan komunitas budaya yang kaya dan beragam di seluruh
dunia.

Apa hubungan IP dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat adat yang telah disajikan dalam perlindungan warisan budaya mereka? Dan, haruskah museum dan arsip, yang terletak di silang-jalan antara masyarakat dan sumber komersial dan pengguna lain, mengambil kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ke account dalam mengelola masalah properti intelektual? Jika demikian, bagaimana? Dapatkah museum dan institusi lainnya berada di garis depan dalam pengujian dan membentuk sistem hukum yang baru muncul dan pendekatan untuk melindungi kepentingan IP dalam masyarakat adat?

Makalah ini melaporkan secara singkat pekerjaan yang sedang berlangsung di WIPO tentang perlindungan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya terhadap penyalahgunaan dan penyelewengan/penggelapan serta menggambarkan beberapa keprihatinan masyarakat adat mengenai penelitian, pencatatan dan pertunjukan budaya mereka. Makalah ini kemudian menyarankan untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan dan isu-isu yang berkaitan dengan strategi IP yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi museum dan lembaga-lembaga lain. Makalah ini memberikan informasi lebih lanjut tentang proyek WIPO yang telah disebutkan di atas, dan menyimpulkan dengan harapan bahwa ICOM-ICME memberikan kontribusi yang substansial akan keahlian dan pengalaman untuk proyek ini.

Perlindungan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya terhadap penyelewengan dan penyalahgunaan: Sebuah gambaran singkat mengenai pekerjaan WIPO.

Adat dan komunitas budaya lainnya berpendapat bahwa kreativitas tradisional dan ekspresi budaya memerlukan perlindungan yang lebih besar dalam kaitannya dengan kekayaan intelektual (IP). Mereka mengutip beragam contoh, seperti seni adat yang disalin ke karpet, T-shirt dan kartu ucapan, musik tradisional yang dipadukan dengan irama tarian techno-house untuk meningkatkan penjualan album, karpet tenunan tangan dan kerajinan disalin dan dijual sebagai "karya otentik", proses membuat sebuah alat musik tradisional yang dipatenkan, kata-kata adat digunakan sebagai nama merek dagang secara komersial dan kurangnya kontrol adat atas penelitian, dokumentasi dan pertunjukan budaya adat.

WIPO pertama mulai memeriksa hubungan antara IP dan perlindungan, promosi dan pelestarian ekspresi budaya tradisional / ekspresi dari cerita rakyat (TCEs) pada beberapa dekade yang lalu. Ia memiliki program berkelanjutan dan aktif dalam pengembangan kebijakan, bantuan legislatif dan menbangun kapasitas di daerah , dalam koordinasi yang erat dengan pekerjaan penting akan pengetahuan tradisional. Pengembangan kebijakan dan norma-norma terjadi terutama dalam lingkup WIPO Intergovernment Committee on Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore (The Ingovernmental Committee).

Dalam konteks ini, "ekspresi budaya tradisional" umumnya mengacu ke bentuk apapun, baik berwujud dan tidak berwujud, di mana budaya tradisional dan pengetahuan disajikan sebagai berikut:

(A) produk dari aktivitas intelektual kreatif, termasuk individu dan kretifitas masyarakat yang tinggal bersama;

(B) karakteristik identitas suatu komunitas budaya dan sosial, serta merupakan warisan budaya;

(C) dipertahankan, digunakan atau dikembangkan oleh komunitas tersebut, atau oleh individu-individu yang memiliki tanggung jawab untuk melakukannya sesuai dengan hukum adat dan kebiasaan komunitas.

Hubungan antara IP dan TCEs menimbulkan masalah yang kompleks dan menantang. Ekspresi budaya tradisional / cerita rakyat mengidentifikasi dan mencerminkan nilai-nilai, tradisi dan kepercayaan adat dan masyarakat lainnya. Ekspresi budaya tradisional sering merupakan produk antargenerasi dan hasil dari proses kreatifitas sosial masyarakat yang tinngal bersama yang mewujudkan suatu komunitas sejarah, identitas budaya dan sosial, dan nilai-nilai. Sementara itu, didalam komunitas pelestari budaya, seperti seniman tradisional, warisan budaya dijadikan sebagai identitas dan bagian dari pekerjaan mereka. Tradisi ini tidak hanya mengenai imitasi dan reproduksi, namun juga tentang inovasi dan penciptaan dalam kerangka tradisional. Oleh karena itu, kreativitas tradisional ditandai dengan interaksi dinamis antara kreativitas kolektif dan individu. Dari sebuah perspektif IP dalam konteks ini, dinamis dan kreatif sering sulit diketahui akan apa yang manjadikan penciptaan independen. Namun, di bawah hukum hak cipta saat ini, suatu adaptasi kontemporer atau pengaturan antara bahan tradisional dan bahan yang sudah ada, sering dianggap cukup asli untuk memenuhi syarat sebagai sebuah karya yang dilindungi hak cipta. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap kebijakan – apakah perlindungan yang diberikan oleh sistem IP saat ini sudah memadai atau apakah sui generis baru penting untuk dilakukan?

VERBAL SUBJECT ANALYSIS

Saat ini banyak orang yang mengalami kesulitan dalam mencari informasi yang benar-benar mereka butuhkan, khususnya pada pencarian menggunakan search engine seperti google. Bukan suatu hal yang mudah untuk menangani hambatan-hambatan tersebut diperlukan keahlian khusus untuk membuat suatu konsep sistem yang dapat menanganinya dan terdapat beberapa proses yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu:
I. Proses Analisis Subjek
Analisis subyek merupakan bagian dari pengindeksan atau pengatalogan yang berhubungan dengan :
1. Analisis konseptual pada informasi. Analisis konseptual adalah proses menentukan konten utama dari sebuah informasi.
2. Analisis subyek berhubungan dengan menerjemahkan analisis konseptual ke dalam kerangka klasifikasi atau tajuk subyek yang digunakan oleh pengkatalog, pengindeks, atau pengklasifikasi.
Dengan mengikuti tahapan konseptual, kerangka harus diterjemahkan ke dalam Symbol klasifikasi yang digunakan dalam klasifikasi atau kosakata terkendali.

Teknik yang agak berbeda harus digunakan untuk informasi yang tekstual atau nontekstual. Hal pertama yang harus diperhatikan bagi informasi yang tekstual adalah :
1. Judul dan anak judul
Judul dapat sangat membantu dalam memberikan gambaran dari informasi yang terkandung di dalamnya tetapi terkadang judul tidak sesuai dengan informasi di dalamnya.
2. Daftar isi
Daftar isi dapat membantu memperjelas topik dan mengindentifikasi subtopik. Daftar isi dapat sangat membantu untuk menemukan kumpulan artikel yang pengarangnya berbeda.
3. Pendahuluan
Pendahuluan dapat membantu dalam menemukan maksud atau tujuan dari pengarang mengenai karyanya.
4. Istilah indeks, kata atau frasa yang tercetak dalam huruf berbeda, tipografi yang berbeda; hyperlink; abstrak jika disediakan, dll.
Elemen-elemen ini menyediakan konfirmasi atau kontradiksi dari judul, daftar isi, pendahuluan, dll.
5. Ilustrasi, diagram, table, keterangan
Ilustrasi dan keterangan lainnya sangat penting dalam menilai subyek seperti karya seni, dimana dalam beberapa kasus, ilustrasi menjelaskan tentang isi pada umumnya.
Untuk informasi nontektual, kita harus memeriksa obyek, gambar atau representasi lainnya. Beberapa informasi dibuat pada bahan penyertanya seperti keterangan pada boks, lembar instruksi, label dll. Pada dasarnya gambar atau bentuk-bentuk karya seni cukup memiliki keterangan yang dapat menjelaskan sesuatu tentang informasi yang terkandung dan keterangannnya hampir seperti informasi dalam bentuk teks tetapi ada beberapa karya seni yang tidak terdapat informasi dalam bentuk teks. Namun bagaimanapun, kita harus memeriksa barangnya dan menerjemahkan sendiri.

Exhaustivity
Exhaustivity merupakan sejumlah konsep yang berada dalam cakupan subyek sebuah dokumen yang akan dipertimbangkan dalam kerangka konsep sebuah sistem. Menurut A. G. Brown, exhaustivity terdiri dari dua tingkatan dasar yaitu:
a. Depth Indexing bertujuan untuk menelaah semua konsep utama yang berhubungan dengan sebuah sumber informasi, pengenalan terhadap banyak subtopik dan subtema sehingga pada sebuah dokumen subyeknya terdapat lebih dari satu.
b. Summarization, konsep dokumen disimpulkan hanya pada satu konsep yang mewakili keseluruhan isi sebuah dokumen.

Identifikasi konsep
Terdapat beberapa tipe dari sejumlah konsep yang dapat d igunakan sebagai subjek yaitu:
a. Topik
Topik dapat digunakan sebagai subjek karena topik merupakan pokok pikiran utama penulis. Namun dalam menganalisis topik, terkadang terjadi perbedaan pendapat antar pembaca yang dapat bersifat subjektif dan sringkali subyek terdiri dari banyak faset. Sifat subyektif ini disebabkan oleh perbedaan pemahaman bahasa sehari-hari pada tiap daerah. Wilson mendeskripsikan 4 metode untuk memahami topik dari sebuah dokumen yaitu:
1. Purposive method
Menentukan tujuan penciptaan dokumen. Metode ini akan bermasalah jika sang pencipta dokumen tidak menyampaikan tujuannya pada dokumen tersebut, karena bisa saja interpretasi tiap orang berbeda.
2. Figure-ground method
Menentukan latar belakang dari sebuah dokumen. Namun ketertarikan pengguna dokumen dapat berbeda-beda sehingga bisa saja ’pemeran utama’ dalam dokumen menurut setiap orang berbeda-beda.
3. Objective method
Metode ini melihat istilah yang paling banyak digunakan dalam sebuah dokumen, kemudian memutuskan bahwa istilah yang paling banyak muncul merupakan subyek dari sebuah dokumen. Namun, sering kali subyek dalam sebuah dokumen tidak tertuliskan dalam dokumen tersebut. Sehingga metode ini tidak dapat dijadikan dasar penentuan subyek dokumen.
4. Apealing to unity or to rules of selection and rejection
Metode ini menganalisis jenis konsep yang digunakan pengarang dalam menggabungkan keseluruhan isi dokumen, hal apa yang diterima dan hal apa yang ditolak dalam sebuah dokumen. Namun terdapat permasalahan, yakni penelusur subyek dokumen harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui hal apa yang ditolak dalam dokumen.
Hampir tidak jauh beda dengan penentuan konsep dokumen pada bentuk informasi secara tekstual, penentuan konsep dokumen pada dokumen non-tekstual juga terdiri atas tahapan. Menurut Barnett terdapat tiga tahapan yaitu:
1. Mengidentifikasi sebuah konsep atau mengkombinasi sejumlah konsep yang merepresentasikan cakupan topik dokumen.
2. mengidentifikasi dari sejumlah ciri umum yang nampak dalam sebuah dokumen.
3. Identifikasi gabungan; yakni antara tematis (konsep) dengan ciri – ciri umum.
Meski demikian, sama seperti penentuan konsep pada dokumen tekstual, diperlukan pengetahuan serta pelatihan khusus untuk menentukan konsep pada dokumen non-tekstual.
b. Nama
Di dalam proses menentukan isi dari suatu dokumen, dapat ditemukan melalui salah satu aspek topik yaitu:
1. Perorangan
Individu merupakan topik dari suatu website atau biografi dari suatu karir seseorang. Ini dimaksudkan agar para pencari informasi yang ingin mengetahui karya-karya dari “para penulis sastra” dapat mencarinya dengan menggunakan situs atau topik perorangan.
2. Badan Korporasi
Suatu badan korporasi dapat menjadi topik dari suatu informasi mengenai entitas seperti perusahaan kelapa sawit atau Bank Indonesia. Badan korporasi merupakan suatu organisasi yang terdiri dari beberapa orang dan diidentifikasi berdasarkan nama dan peran masing-masing anggota dalam organisasi tersebut.
3. Nama Geografi
Nama geografi dapat mengambil peran yang berbeda dalam penentuan isi subyek. Pada beberapa kasus, suatu dokumen secara aktual membahas tentang suatu tempat tertentu seperti sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia.
4. Named Entities
Beberapa named entities menyerupai nama badan korporasi dan nama geografi, tetapi mereka berbeda. contohnya adalah nama situs arkeologi, Megiddo (Kota Mati).
c. Unsur kronologi
Periode waktu dapat menjadi aspek yang sangat penting dari konten subyek suatu informasi. Periode (PD II) dan zaman (Renaissance) sering kali bertindak sebagai wakil dalam kronologi. Hanya data spesifik yang biasanya diolah secara terpisah. Periode dan zaman pada umumnya telah diolah sebagai topik suatu informasi.
d. Konsep bentuk
Langkah terakhir dalam proses analisis konseptual adalah mengidentifikasi bentuk dari informasi yang telah dianalisis atau bagian terpenting dari informasi tersebut. Bentuk bukan fitur subyek secara langsung.
Bentuk data merupakan istilah dan frase yang menandai spesifik jenis atau genre suatu bahan. Istilah dan frase ini ditentukan berdasarkan:
• Karakter fisiknya (kaset video, fotografi, peta)
• Isi dari data jenis tertentu (bibliografi, statistik)
• Susunan informasinya (diary, kerangka, indeks)
• Gaya, teknik, tujuan, atau keinginan audien (drama, kartun, karya popular)
Pemisahan bentuk dari subyek menjadi sangat penting untuk mengorganisasi informasi yang bukan dalam bentuk tekstual.

Menterjemahkan Konsep ke Dalam Istilah Indeks
Adakalanya untuk menganalisis konseptual yang lengkap, konsep yang teridentifikasi harus dirubah kedalam kosakata terkendali yang telah digunakan (AAT, LCSH, MeSH).

Kosakata Terkendali
Suatu kosakata terkendali dioperasikan dengan memilih suatu kata untuk mengekspresikan suatu konsep dan kemudian membuat sinonim khususnya yang akan dihubungkan pada istilah yang terpilih. Secara tradisi, istilah yang tidak digunakan sebagai istilah terpilih atau subyek akan muncul dibawah istilah yang terpilih dan sering kali didahului dengan singkatan UF yang berarti “used for (digunakan untuk)”.
Contoh:
Maintenance
UF Preventive maintenance
Upkeep
Kebalikan dari entri ini pada daftar adalah entri pada setiap istilah yang tidak digunakan merujuk pada istilah yang terpilih:
Preventive maintenance use Maintenance
Upkeep use Maintenance
Bahasa indeks atau kosakata terkendali juga mengawasi hubungan hirarki dari istilah terpilih dengan menunjukkan hubungannya, seperti Broader Terms atau Istilah Luas (BT), Narrower Terms atau Istilah Sempit (NT), Relative Terms atau Istilah Berkaitan (RT), dan sebagainya.
Contoh:
Maintenance
BT Maintainability (Engineering)
NT Grounds maintenance
RT Repairing
Standar Nasional untuk membuat bahasa indeks atau kosakata terkendali yaitu ANSI/NISO Standard Z39.19-1993 yang berjudul Guidelines for the Construction, Format, and Management of Monolingual Thesauri.


Kata Khusus dan Umum
Tingkat sebuah kosa kata disebut kata umum dan kata khusus tergantung pada penggunaannya.contonya pada penggunannya anak, kosa kata kucing termasuk tingkat yang menggunakan kata khusus. Tapi apabila digunakan dlm konteks yg lebih komplek, kosa kata ”kucing” disebut kata umum. Oleh karena itu, perlu pengklasifikasian tentang kata khusus dan kata umum yang digunakan dalam suatu konsep.

Konsep Sinonim
Dalam mengontrol kosa kata, hal yg penting adalah mengidentifikasi istilah sinonim
Contohnya : bulutangkis sama dengan badminton

Bentuk Kata untuk sebuah Istilah Kata
Kata dalam bahasa inggris sering memiliki lebih dari satu bentuk yg memiliki arti sama
Contoh: clothing = clothes
Dalam pengembangan bahasa, konsepnya memiliki kecenderungan dituliskan sbg kata (“on line’), kata yg dihubungkan dgn tanda hubung (on-line) dan satu kata (“on-line”). Terkadang ketiganya digunakan dalam satu waktu. Masalah utama perbedaan bentuk kata adalah singular (tunggal) vs plural(jamak). Oleh karena itu, diperlukan kosa kata terkendali.

Susunan dan Bentuk untuk Berbagai Istilah Kata dan Frase
Dalam kosa kata terkendali, ada istilah-istilah dan frase yang dibuat lebih dari 2 kata:
1. Ada yg berbentuk modified nouns
Contoh: Environmental education
kata sifat kata benda
2. Frase dan konjungsi atau kata depan
Information theory in biologi
preposition
3. Kata yang memiliki penambahan qualifier
Cth: Yanzi ( African people)
Qualifier
Masalah dalam mengkonstruksi istilah tergantung penggunaan bentuk dan susunan yang digunakan individu

Homograf dan Homofon
Homograf adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya.
Contoh: kata apel yang berarti buah dengan apel yang berarti upacara
Homofon adalah kata yang sama lafalnya dengan kata lain, tetapi berbeda ejaan dan maknanya.
Contoh: Kata Bank dengan kata Bang.

Istilah kualifikasi
Salah satu cara untuk berhubungan dengan homograf adalah dengan menambahkan kata penjelas yang memiliki satu atau lebih dari satu arti.
Contoh : mercury (planet)
Mercury (dewa roma)
Singkatan dan akronim
Akronim dan singkatan terkadang diucapkan atau tidak tergantung pengguna yang dituju dan pengetahuan yang mereka miliki. Akronim merupakan singkatan kata yang dibentuk dengan penggabungan huruf atau suku kata pertama dari kata lain. Biasanya dalam sebuah buku akan terdapat fitur tambahan berupa abbreviations list (daftar singkatan) yang berisi daftar singkatan yang digunakan dalam paket informasi.
Contoh ; AIDS (Acquired Immanue Deficiency Syndrome)

Populer vs tekhnis
Dalam membuat kosa kata terkendali yang harus di perhatikan adalah dimana istilah-istilah tsb sering di gunakan. Apabila suatu istilah tsb digunakan berdasarkan tempat spesialisasi penggunanya maka istilah tsb merupakan istilah tekhnis dan apabila istilah tsb ditempatkan di tempat umum maka istilah tsb merupakan istilah yang populer.
Misalnya: di MeSH (medical subject heading) kata yang biasa digunakan di adalah “Neoplasm”, sedangkan di LCSH dikenal dengan nama Cancer

Istilah Subdivisi
Subdivisi digunakan dalam Kosa kata terkendali yang merupakan istilah prakoordinasi.
Tujuan dari penggunaan subdivisi antara lain:
1. Membedakan bentuk atau jenis kata.
2. Menunjukan perjanjian pada bagian subjek yg besar.
3. Menunjukan aspek khusus pada subjek yg besar.
4. Menunjukan batas-batas berdasarkan geografis maupun kronolgis.



Prakoordinasi dan Pascakoordinasi
Prakoordinasi merupakan metode penelusuran yang harus menghubungkan nama tempat, waktu dan lain-lain. Sedangkan pascakoordinasi, penelusur tidak perlu menghubungkan dengan nama tempat, waktu, dan lain-lain seperti halnya prakoordinasi. Penelusur harus mengkombinasikan istilah dengan menggunakan teknik Boolen . Dasar pengindeksan pascakoordinasi adalah pencarian kata kunci.

Prinsip-prinsip umum dalam penerapan istilah kosa kata terkendali

Jaminan literasi
Cara yang digunakan dalam prisip ini adalah dengan menambahkan istilah pada daftar tajuk subjek atau thesaurus ketika sebuah konsep baru muncul dalam literature dan selanjutnya istilah-istilah tersebut akan ditentukan sebagai istilah yang dibutuhkan atau yang akan digunakan. Namun biasanya istilah-istilah baru tidak ditambahkan ke dalam daftar sampai istilah tersebut dibutuhkan untuk penggunaan dalam wakil dokumen ringkas atau metadata.
Entri khusus
Prinsip ini adalah sebuah konsep yang harus ditandai dengan sebuah istiah dari thesaurus. Istilah tersebut harus merupakan istilah yang paling khusus untuk konsep yang ada pada kosa kata terkendali.
Entri langsung
Entri dari konsep berada di bawah istilah dan diatas entri yang merupakan subdivisi dari konsep yang lebih luas.
Jumlah istilah yang ditetapkan
Tidak ada batasan dalam jumlah istilah atau deskriptor yang ditentukan. Jika analisis konseptual sudah dibuat ringkasan, jumlah istilah yang digunakan adalah jumlah yang dibutuhkan untuk menjelaskan ringkasan. Demikian juga jika analisis konseptual sudah dilakukan secara mendalam, jumlah istilah yang diperlukan untuk mencukupi semua konsep sudah terpenuhi.
Bukan konsep dalam kosa kata terkendali
Jika konsep tidak dipresentasikan dalam kosakata terkendali, sebaiknya untuk sementara dibuat konsep yang lebih umum dan konsep baru ditujukan sebagai tambahan baru untuk daftar subjek khusus atau thesaurus.

Istilah indeks untuk nama
Meskipun nama untuk banyak konsep-konsep pokok diawasi oleh kosakata terkendali, namun nama sebenarnya ecara umum diawasi oleh authority file yang terpisah.

Jenis kosakata terkendali
Kosakata terkendali terbagi dalam 3 kategori, yaitu daftar tajuk subjek, thesaurus, ontologis.
Persamaan Daftar Tajuk Subjek dengan Thesaurus adalah keduanya berusaha untuk menyediakan akses subjek untuk kemasan informasi dengan menyediakan istilah yang konsisten dibandingkan yang tidak terawasi dan tidak tepat. Keduanya memilih menunjukan istilah dan membuat referensi dari istilah yang tidak digunakan. Keduanya menyediakan hubungan hierarki istilah yang dihadirkan dalam hubungan yang lebih luas (broader terms), lebih sempit (narrower terms), dan istilah yang berhubungan (related terms).
Perbedaan daftar tajuk subjek dan thesaurus adalah:
1. Thesaurus menggunakan istilah tunggal dan membatasi istilah dalam konsep tunggal. Sedangkan daftar tajuk subjek memiliki susunan kata dan istilah lain yang diprakoordinasi untuk tambahan single terms.
2. Thesaurus lebih menunjukan hubungan hierarki yang tegas dibandingkan daftar tajuk subjek karena Theasaurus merupakan single terms, setiap istilah hanya memiliki satu istilah yang lebih luas.
3. Thesaurus memiliki cakupan yang lebih sempit karena istilahnya dibangun dari spesifik subjek. Sedangkan daftar tajuk subjek memiliki cakupan yang lebih umum, subjeknya lebih luas, dan entrinya mengandung pengetahuan.
4. Thesaurus seperti multibahasa karena menggunakan istilah single terms , terdapat padanan kata pada behasa lain yang mudah ditemukan dan mudah untuk dimengerti.
Daftar tajuk subjek
1. Library of congress subject heading (LCSH)
2. Sears list of subject heading (sears)
3. Medical subject heading (MeSH)
Thesaurus
1. Art & Architecture Thesaurus (AAT)
2. Thesaurus of ERIC Descriptors

NATURAL LANGUAGE PROCESSING (NLP)
Salah satu tujuan dari NLP adalah mampu menciptakan sistem Information Retrieval (IR) yang dapat menyelesaikan tiga hal yaitu:
1) Menafsirkan kebutuhan informasi pengguna yang dinyatakan dalam teks bebas.
2) Mewakili makna lengkap yang disampaikan dalam dokumen.
3) Dapat memberikan hasil dari pencarian yang cocok atau sesuai dengan informasi yang dibutuhkan pengguna informasi.
Masalah-masalah bahasa yang sering timbul antara lain:
5. Kalimat-kalimat Bahasa Inggris sering tidak lengkap dideskripsikan dari apa yang mereka maksud.
6. Ekspresi yang sama dapat berarti hal yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Misalnya, " Where’s the water?" Dapat berarti bahwa orang yang haus, atau, ini dapat berarti bahwa orang yang ingin tahu jalan itu ke pantai.

6. Bahasa Alami selalu memiliki kata-kata baru, penggunaan, ekspresi, dan makna. Selama Olimpiade 1998 yang bisa mendengar bahwa " The United States has not yet medaled." Banyak orang tidak pernah mendengar "medali" digunakan sebagai kata kerja sebelumnya.

7. Ada banyak cara untuk mengatakan hal yang sama. Misalnya, "Mary registered for two summer courses." Dan "Maria signed up for two courses for the summer term." Berarti hal yang sama.

8. Kalimat-kalimat yang dibangun dapat memiliki makna yang berbeda. Dalam dua kalimat " Jennifer took the course with Professor Jones." dan " Jennifer took the course with Mary.", Yang pertama menunjukkan bahwa sang profesor mengajarkan kursus yang Jennifer ambil. Tapi yang kedua bisa berarti bahwa Jennifer dan Mary mengambil kursus bersama-sama atau Profesor Mary Jones suka diatasi dengan nama depannya..

Rich dan Knight mengidentifikasi langkah-langkah yang penting untuk NLP yaitu:
• Analisis Morfologis yaitu komponen kata terpisah dan pemberian tanda baca yang terpisah dari kata.
• Analisis Syntactic yaitu menganalisis secara linier urutan kata-kata untuk menunjukkan kata-kata yang berhubungan satu sama lain; komputer flat mengubah urutan kata-kata menjadi sebuah struktur. Bagi mereka yang belajar tata bahasa kalimat dalam diagram kelas, diagram tersebut pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dalam langkah ini.
• Analisis Semantic yaitu menciptakan struktur untuk menunjukkan bagaimana makna kata-kata individu bergabung antara satu sama lainnya (misalnya, kalimat "Dia ingin mencetak halaman WWW." Menunjukkan suatu kehendak event di mana "dia" ingin pencetakan peristiwa terjadi di mana ia harus memiliki akses ke WWW browser dan printer).
• Wacana integrasi yaitu menentukan arti kalimat seorang individu dalam hubungannya dengan kalimat-kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Sebagai contoh, arti dari kata ganti seperti "itu," "mereka," "dia," dapat diberi makna individu hanya jika terdapat kata berupa rujukan yang telah ditentukan.
• Analisis Pragmatis yaitu menafsirkan kembali struktur yang mewakili untuk menunjukkan maksud yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh pertanyaan " Do you have a time?" Harus ditafsirkan sebagai permintaan untuk diberi tahu waktu. Dalam kasus sistem IR hasil analisis ini harus menjadi terjemahan ke perintah yang akan dijalankan oleh sistem. Jika sistem ditanya seperti “ Do you have anything on artificial intelligence?" Tanggapan harus berupa daftar sumber yang intelektual, bukan kata "Ya."
Analisis semantik mencakup langkah pertama melihat kata-kata dalam kamus (sering disebut leksikon di NLP) untuk menentukan sebuah kata yang arti atau nuansanya seperti arti atau nuansa penulis. Analisis semantik mencakup sebuah yang tidak hanya didefinisikan tetapi juga harus memberi penanda semantik.


Ontologi
Ontologi terbagi menjadi dua jenis, yaitu ontologi nonlinguistik dan ontologi linguistik. Ontologi nonlinguistik mencakup ruang, waktu, dan struktur benda-benda fisik. Sedangkan ontologi linguistik adalah ontologi yang terdapat di NLP. Ontologi di NLP harus memformalkan realitas penggunaan bahasa untuk komunikasi. Ontologi linguistik dapat mencakup realitas tata bahasa, semantik, sintaksis, dll. Bagian-bagian yang berhubungan dengan semantik disebut leksikon atau kamus leksikal, tapi mereka juga dapat disebut ontologi.
Beberapa leksikal ontologi tampak pada daftar istilah hierarkis dari subjek yang lebih sempit. Namun, yang lainnya tampaknya dikontrol dengan membuat kategorikan kosakata. Hal ini meliputi analisis semantik dari kata-kata yang menempatkan mereka ke dalam kategori-kategori seperti kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Hal ini berbeda dengan daftar tajuk subjek dan tesaurus yang cenderung hanya memberikan kata benda bentuk terminologi yang terkandung di dalam diri mereka (bersama dengan pengubah dalam bentuk lain selain kata benda). Analisis semantik dalam ontologi juga mengatur istilah sinonim, coordinate terms, hypernyms, meronyms, holonyms dan antonyms.
1. Sinonim adalah persamaan kata, kata yang satu dengan yang lain dapat saling menggantikan. Sinonim mempunyai hubungan ”used for” dalam tesaurus
2. Coordinate terms adalah istilah yang saling berhubungan. Dalam thesaurus dikenal dengan “related term”.
3. Hipernim adalah istilah dari suatu kata yang memiliki hubungan lebih luas, contoh “family”, hipernimnya “nuclear family”, “extended family”, “foster home”. Dalam thesaurus dikenal dengan “Broader term”
4. Hiponim menunjukkan hubungan yang lebih sempit. Contoh “nuclear family”, hiponimya “family”, kebalikannya dari hipernim. Dalam thesaurus dikenal dengan “narrower term”
5. Holonim bagian-bagian dari suatu istilah yang lebih sempit. Contoh “family”, mempunyai anggota/holonimnya parents, child, sibling, dll
6. Meronim kebilikannya dari holonim, misalnya sister, meronimnya family. Holonim dan meronim juga sama seperti “Broader term” dan “narrower term”

Kata Kunci
Pendekatan yang dilakukan oleh NLP adalah memanipulasi keyword. Keberhasilan dalam penggunaan keyword paling tidak tergantung pada dua asumsi. Pertama, pengarang yang menulis suatu konsep dengan kata (istilah) yang sama ditulisan mereka, jadi konsep dan istilah yang digunakan sama. Kedua, penelusur yang menebak kata (istilah) yang digunakan pengarang dalam menulis suatu konsep.

WordNet
WordNet telah dikerjakan dengan full-text analysis. Teks dianalisis dan diindes saat masuk kedalam sistem. Perubahan dalam mesin indeks memerlukan reindeks setiap dokumen sehingga banyak sistem yang tidak bisa memunculkan dokumen secara lengkap. Benerjee dan Mittal mengusulkan untuk membuat sistem indeks dan menggunakan keyword yang dikombinasikan dengan linguistic ontology. Mereka menggunakan wordnet sebagai contoh dari linguistic ontology. Wordnet mempunyai lima kategori kata, yaitu noun, verb, adverb, adjective, dan function. Hubungan yang dimiliki kata dan makna kata adalah many to many, yaitu polisemi (beberapa kata yang sama dengan makna yang berbeda) dan sinonim (persamaan kata). Tiap kata dapat ditempatkan pada 5 kategori yang berbeda dan dan tiap kategori bisa menjadi beberapa pengertian. Misalnya kita mencari tentang family crisis dan hasil yang ditemukan tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka sistem akan menganjurkan kepada penggun untuk melihat pilihan lain.

Kesimpulan
Bab ini ditujukan pada pendekatan verbal mengenai ketentuan-ketentuan akses subjek dalam mengolah informasi. Terdapat berbagai proses dalam menganalisis subjek verbal. Pada step pertama yang paling penting yaitu menyediakan akses subjuk. Pendekatan subjek ini ditentukan dengan penerjemahan ke dalam istilah indeks, biasanya dengan kontrol perbendaharaan kata. Daftar tajuk subjek, tesaurus dan lexical ontologi adalah tiga jenis kontrol vocabulary yang digunakan saat ini. Tajuk subjek yang pertama ada dibuat oleh perpustakaan. Tesaurus lebih sempurna dibanding tajuk subjek dalam hirarki hingga akhirnya muncul commercial indexing services. Ontologi dibangun dari NLP dengan menggunakan pendekatan keyword. Terdapat berbagai macam pula hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses menganalisis subjek verbal, seperti sinonim, homograf, homofon dan lain-lain. Semua proses tersebut dilakukan untuk mempermudah temu kembali informasi.