Cari Blog Ini

Laman

Total Tayangan Halaman

Minggu, 10 Oktober 2010

DUBLIN CORE
Kisah DCMES berawal dengan serangkaian diskusi pada bulan Oktober 1994 di Chicago. Ketika itu di sana sedang berlangsung International World Wide Web Conference ke-2 yang dihadiri juga oleh tokoh dari lingkungan perpustakaan, khususnya dari OCLC (Online Computer Library Center). Salah satu topik yang ramai dibicarakan adalah publikasi ilmiah lewat WWW, dan masalah temu balik sumber informasi di WWW yang bukan semakin mudah tetapi semakin kompleks. Disepakati bahwa perlu diadakan suatu lokakarya untuk membahas kemungkinan menciptakan suatu format metadata yang dapat mempermudah resource discovery dari web resources. NCSA (National Computational Science Alliance dari Amerika Serikat) dan OCLC menjadi pemrakarsa lokakarya ini yang diadakan di lokasi OCLC, di Dublin, Ohio, pada tahun 1995. Hasil dari lokakarya ini adalah Dublin Core Metadata Element Set (DCMES), yaitu standar metadata yang sekarang lebih dikenal dengan nama singkat Dublin Core. Lokakarya pertama ini disusul serangkaian lokakarya internasional yang bertujuan mengembangkan dan menyebarluaskan penerapan Dublin Core khususnya, dan standar metadata lain yang dapat meningkatkan resource discovery umumnya. DCMI adalah organisasi yang berada di belakang kegiatan ini.
Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Standard ini dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Namun elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.


Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
a. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
b. Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
c. Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh awam (bukan pengatalog) maupun profesional. Diharapkan bahwa pencipta resource itu sendiri akan dapat membuat metadata (deskripsi) karya mereka tanpa memerlukan pelatihan khusus.
d. Semua unsur bersifat opsional dan dapat diulang apabila diperlukan.
e. Unsur-unsur diterima secara internasional, dan dapat diterapkan oleh semua disiplin ilmu.
f. Setiap unsur dapat diperluas agar data yang lebih khusus (misalnya untuk disiplin ilmu atau aplikasi khusus) dapat tertampung.
g. Dapat ditempatkan di dalam Web page (embedded) biasanya sebagai bagian dari header, sehingga dapat dideteksi oleh web robot atau spider.

Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
a. Title : judul dari sumber informasi.
b. Creator : pencipta sumber informasi.
c. Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi.
d. Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian.
e. Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi.
f. Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi.
g. Date : tanggal penciptaan sumber informasi.
h. Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya.
i. Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi.
j. Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs.
k. Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi.
l. Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi.
m. Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
n. Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu.
o. Rights : pemilik hak cipta sumber informasi.

Ketika Dublin Core kemudian berkembang menjadi skema dengan dua versi (Qualified dan Unqualified), maka versi Qualified dilengkapi dengan tiga unsur tambahan: Audience, Provenance, dan RightsHolder.
Dalam skema DC unsur-unsur diberi definisi, tetapi selain definisi tersebut tidak ada panduan untuk pengisian unsur, tidak ada content rules. Pengguna dapat mengisi unsur tanpa terikat pada ketentuan apapun, sehingga keseragaman dan konsistensi antar lembaga atau sistem pemakai Dublin Core sulit tercapai, bahkan dalam satu sistem pun tidak ada keseragaman. Dublin Core dengan 15 unsurnya sebenarnya hanya kerangka (framework) atau container, dan container ini harus diisi dengan data yang dipilih berdasarkan standar untuk isi agar menghasilkan metadata yang dapat berfungsi dengan baik dalam proses resource discovery dan description.
Aplikasi Dublin Core
Metadata dapat dijadikan bagian dari suatu resource, dapat juga disimpan dan ditampilkan terpisah dari resource yang dideskripsikan. KDT (Katalog dalam Terbitan) atau CIP (Cataloging in Publication) pada verso halaman judul buku adalah contoh dari metode pertama, sedangkan kartu katalog atau cantuman OPAC adalah contoh dari yang kedua. Metadata Dublin Core dapat menjadi bagian dari resource, disusun oleh pencipta resource atau oleh orang lain, atau terpisah dari resource sebagai entri katalog atau pangkalan data. Di bawah ini diperlihatkan contoh metadata Dublin Core yang “tertanam” (embedded) dalam resource sebagai bagian dari header:








Contoh dalam format HTML (Hypertext Markup Language) di atas menggunakan tengara atau tag , dan metadata ini invisible, alias tidak terlihat oleh orang yang menyimak web page ini lewat browser-nya. Tetapi metadata ini dapat dideteksi dan “dibaca” oleh spider, crawler, atau web robot (semuanya program komputer) yang menjelajahi WWW, mengumpulkan web pages untuk dimasukkan dalam pangkalan data atau indeks yang nantinya akan digunakan oleh search engine untuk menjawab permintaan penelusur. Apabila setiap pencipta web page membuat metadata yang mendeskripsikan web page ciptaannya, dengan sendirinya ini nanti akan membantu sekali upaya discovery atau penemuan. Bertolak dari pemikiran inilah DCMI berupaya membuat Dublin Core sederhana dan mudah diaplikasikan. Namun harapan bahwa semua pencipta web resource mau dan sanggup membuat metadata kurang terpenuhi. Data yang dibuat oleh pencipta cenderung kurang lengkap, tidak konsisten, sehingga tidak banyak manfaatnya untuk temu kembali atau resource discovery. Hal ini tidak sepenuhnya kesalahan pencipta, tetapi justru akibat kesederhanaan Dublin Core dan kurangnya panduan dan peraturan yang jelas dan cukup mengikat yang harus ditaati sewaktu membuat metadata dengan format Dublin Core.


Qualified dan Unqualified Dublin Core
Kesederhanaan Dublin Core oleh fihak tertentu dianggap sebagai salah satu kekuatannya yang harus dipertahankan (para minimalis), sedangkan fihak lain (strukturalis) berpendapat bahwa kesederhanaan ini membuat resource description dan discovery dengan Dublin Core kurang memuaskan. Library of Congress Cataloging Directorate (2004) misalnya berpendapat bahwa versi Dublin Core standar (versi sederhana) adalah “inadequate for almost any specific application or context apart from cross-domain discovery.” Maka kemudian diputuskan oleh DCMI bahwa unsur tertentu dari Dublin Core dapat dilengkapi dengan qualifier. Ada dua kelompok besar qualifier:
1. Element Refinements yang berfungsi mempersempit, yaitu membuat lebih spesifik suatu unsur.
2. Encoding Schemes yaitu skema yang membantu memperjelas nilai suatu unsur, seperti kosa kata terkendali dan bagan klasifikasi dan daftar-daftar standar lain.
Contoh Element Refinements:
Title
Selain judul resmi judul lain dapat ditambah, misalnya judul alternatif, judul singkat, judul terjemahan.
Date
Tanggal yang dapat dicatat adalah tanggal penciptaan, tanggal berlaku (validity), tanggal dikeluarkan (issue), tanggal modifikasi.
Contoh Encoding Schemes
Subject
Diisi dengan menggunakan Library of Congress Subject Headings (LCSH), MeSH (Medical Subject Headings), Dewey Decimal Classification (DDC), Library of Congress Classification (LCC), Universal Decimal Classification (UDC).
Date
Tanggal dicatat sesuai dengan daftar standar DCMI dan W3CDTF (World Wide Web Consortium) .
Language
Bahasa dicatat dengan menggunakan kode dari daftar standar ISO639-2.
Apabila Dublin Core diterapkan dengan berbagai qualifier, bisa menghasilkan metadata yang lebih lengkap dan terstruktur, namun ironisnya ialah bahwa dengan demikian kesederhanaan hilang, dan penyusunan deskripsi menjadi sama kompleksnya dengan deskripsi yang dibuat oleh para pustakawan profesional dengan AACR2 dan MARC. Hampir tiap lembaga pengguna Dublin Core membuat modifikasi untuk memenuhi kebutuhan setempat sehingga tukar menukar metadata tidak dapat dilakukan dengan mudah lagi.
Tujuan Dublin Core
Bagi “pengatalog tradisional” yang melaksanakan tugasnya berdasarkan standar-standar baku dan teruji seperti AACR, daftar-daftar tajuk subyek atau tesaurus, daftar pengendali untuk nama (name authority files), dan lain sebagainya, Dublin Core, khususnya versi Unqualified, kurang memuaskan. Kelompok pakar yang menjadi pelopor dan pendukung yang berkarya terus lewat DCMI, menerima kritik terhadap skema Dublin Core, namun mereka mengingatkan bahwa Dublin Core punya tujuan (goals) tertentu, dan penilaian terhadap skema ini dan produknya (metadata) seharusnya dilakukan dengan memperhitungkan tujuan-tujuan ini. Tujuan Dublin Core ialah:
1. Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali.
2. Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Menemukan informasi relevan di belantara internet sering terhambat oleh perbedaan dalam terminologi dan deskripsi antar bidang. Dublin Core membantu “turis digital” -- penelusur awam atau non-profesional – dengan menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah difahami. Unsur “creator” misalnya, dapat diterima dan dimengerti oleh ilmuwan, peneliti, maupun penggubah atau artis.
(a) Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai, Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesia , dan Spanyol. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group mengkoordinasikan upaya untuk menghubung-hubungkan versi-versi ini lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik
(b) Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan, kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan. Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core sesuai dengn kebutuhan yang timbul di lapangan. Komunitas lain menciptakan skema metadata yang cocok untuk kebutuhan komunitas mereka. Unsur-unsur metadata dari skema ini dapat digunakan berbarengan dengan metadata Dublin Core untuk menunjang interoperability
SGML.
SGML (Standard Generalized Markup Language) adalah bahasa pemrograman markup (markah) yang dipakai untuk sebuah dokumen yang standar. SGML ini merupakan pengembangan dari bahasa GML (Generalized Markup Language) yang dibuat oleh perusahaan IBM pada tahun 1960 (yaitu oleh Charles Goldfarb, Edward Mosher dan Raymond Lorie yang secara kebetulan mempunyai huruf pertama pada nama keluarga mereka membentuk singkatan GML). SGML dikembangkan dan distandarisasi oleh International Standards Organization (ISO) pada tahun 1986.
SGML digunakan sebagian besar untuk mengelola dokumen besar yang nantinya sering direvisi dan perlu dicetak dalam format yang berbeda. karena besar dan kompleks, maka SGML belum banyak diguganakan pada komputer pribadi.
SGML mengambil konsep deskriptif markup melampaui tingkat bahasa markup lainnya. Dengan mendefinisikan peran masing-masing, bagian teks pada model formal, program-program pengguna berdasarkan SGML dapat memeriksa bahwa setiap elemen teks digunakan di tempat yang tepat. SGML memungkinkan komputer untuk memeriksa, misalnya, bahwa pengguna tidak sengaja memasukkan pos tingkat ketiga tanpa terlebih dahulu harus memasukkan judul tingkat kedua.
Setelah model formal telah ditetapkan untuk suatu jenis dokumen tertentu maka ada kemungkinan untuk off-load sebagian besar tugas markup dokumen ke komputer. Dengan memberikan petunjuk yang cukup pada komputer di mana ia berada dalam model, memungkin untuk membuat sebuah sistem secara otomatis untuk menambahkan markup yang tepat ke file.
SGML juga memungkinkan pengguna untuk:
link file bersama untuk membentuk dokumen komposit
mengidentifikasi di mana ilustrasi harus dimasukkan ke dalam file teks
membuat versi berbeda dari sebuah dokumen dalam satu file
menambahkan komentar editorial ke file
menyediakan informasi untuk mendukung program.
Teknik pengambilan data tertulis khusus dan program format dokumen yang diambil secara bersamaan, memungkinkan sistem produksi dokumen yang terintegrasi untuk dikembangkan.
SGML tidak dirancang untuk menjadi cara standar pengkodean teks. Sebenarnya tidak mungkin untuk merancang sebuah skema pengkodean yang akan sesuai dengan semua bahasa dan semua aplikasi. Sebaliknya SGML adalah bahasa formal yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai komponen dari suatu dokumen ke sistem komputer lain. SGML cukup fleksibel untuk dapat menggambarkan struktur teks logis, apakah itu suatu bentuk, memo, surat, laporan, buku, ensiklopedia, kamus atau database.
Komponen SGML
SGML didasarkan pada konsep dokumen yang terdiri dari serangkaian entitas. ( `Badan 'adalah ejaan bahasa Inggris dari kata Perancis` entité', yang Teutonik yang setara dengan `hal '). Mereka yang akrab dengan teknik-teknik pemrograman modern akan mungkin akan lebih nyaman menggunakan kata `objek '. Semua istilah-istilah ini adalah sinonim.) Setiap entitas dapat berisi satu atau lebih elemen logis. Masing-masing dari elemen-elemen ini dapat memiliki atribut-atribut tertentu (properti) yang menggambarkan cara yang harus diproses. SGML menyediakan cara untuk menggambarkan hubungan antara entitas, elemen dan atribut, dan menceritakan bagaimana komputer dapat mengenali bagian-bagian dari sebuah dokumen.
SGML berbeda dari bahasa markup lainnya bahwa hal itu tidak hanya menunjukkan dimana terjadi perubahan penampilan, atau di mana elemen baru dimulai. SGML menetapkan dengan jelas mengidentifikasi batas-batas dari setiap bagian dari dokumen, apakah itu bab baru, sepotong boilerplate teks, atau acuan publikasi lain. Tapi SGML tidak menganggap bahwa hal itu akan terjadi di mana segala sesuatu dimulai dan berakhir. Alih-alih memberikan aturan yang memungkinkan komputer untuk mengenali mana berbagai unsur entitas teks awal dan akhir. Dengan hati-hati menggunakan aturan-aturan ini jumlah pengkodean yang perlu dimasukkan oleh operator manusia dapat dikurangi secara minimal.
Untuk memungkinkan komputer untuk melakukan sebanyak mungkin pekerjaan, SGML mengharuskan pengguna untuk menyediakan model dokumen yang dihasilkan. Model ini, yang disebut Document Type Definition (DTD), menjelaskan setiap elemen dari dokumen dalam bentuk yang komputer dapat mengerti. DTD menunjukkan bagaimana berbagai elemen yang membentuk sebuah dokumen yang berhubungan satu sama lain.
Untuk memungkinkan komputer dengan benar mengidentifikasi di mana setiap bagian dari dokumen SGML dimulai dan diakhiri mensyaratkan bahwa pengguna menyatakan, dalam Deklarasi SGML, bagaimana komputer ini mengidentifikasi markup, dan kode apa yang telah digunakan untuk mengidentifikasi dan membatasi urutan markup.
Bagaimana SGML digunakan?
Untuk menggunakan tag markup set yang telah ditetapkan oleh asosiasi perdagangan atau badan serupa, pengguna perlu mengetahui bagaimana tag markup dipisahkan dari teks biasa dan di mana memesan berbagai elemen harus digunakan masuk Sistem yang mengerti SGML dapat menyediakan pengguna dengan daftar elemen-elemen yang berlaku pada setiap titik di dalam dokumen, dan akan secara otomatis menambahkan yang diperlukan untuk nama delimiters untuk menghasilkan markup tag. Di mana sistem pengambilan data yang tidak mengerti SGML, pengguna harus baik peta skema pengkodean lokal mereka ke tag SGML yang relevan menetapkan atau masukkan tag SGML validasi manual untuk nanti.
Karena set tag SGML didasarkan pada struktur logis dari dokumen mereka agak lebih mudah untuk memahami, dan ingat, daripada markup berdasarkan skema fisik. Biasanya sebuah memo dapat dikodekan sebagai berikut:
Semua staf
Martin Bryan
November 5
Kucing dan Anjing
Harap ingat untuk menyimpan semua kucing dan anjing dalam ruangan malam ini.
Ketika diproses oleh sebuah dokumen SGML analyzer (sering disebut dengan istilah teknis `parser ') file ini sepenuhnya kode untuk mengidentifikasi awal dan akhir setiap elemen dalam file. Ketika hal ini dilakukan file mungkin akan memiliki form berikut:

Semua staf

Martin Bryan

November 5

Kucing dan Anjing

Harap ingat untuk menyimpan semua kucing dan anjing dalam ruangan malam ini.

Pada pandangan pertama file ini agak menakutkan, tapi dalam bentuk khusus ini file sangat ideal untuk sebuah komputer untuk diikuti, dan karena itu proses. Awal dan akhir setiap komponen dari file telah diidentifikasi secara jelas dengan sebuah tag awal (misalnya dan tag akhir (misalnya Para tag telah ditempatkan pada garis-garis mereka sendiri untuk membuat mereka lebih mudah untuk menemukan, trik dimungkinkan oleh peraturan khusus yang digunakan untuk proses SGML tombol kembali pada awal dan akhir elemen teks.
Perhatikan bahwa pada titik ini apa-apa yang telah dikatakan tentang format dokumen final. Dari format netral disediakan oleh SGML Anda dapat memilih untuk mencetak teks ke pra-bentuk cetak, atau untuk menghasilkan bentuk baru, posisi setiap elemen dari dokumen yang diperlukan. Proses ini bukan bagian dari analisis dokumen SGML, yang merupakan fungsi terpisah dilakukan oleh program lain. (ISO saat ini sedang mengembangkan sebuah Dokumen Gaya Semantik dan Spesifikasi Bahasa (DSSSL) yang akan memungkinkan format yang diperlukan untuk setiap elemen dalam SGML - kode file yang akan ditentukan.)

XML

XML (Extensible Markup Language) adalah sebuah bahasa gambaran-dokumen berdasarkan pada SGML (Standard Generalized Markup Language) dan adalah sebuah tujuan pengganti untuk HTML (HyperText Markup Language).
Ini disebut "extensible" karena ini tidak membuat sebuah set tag yang tetap seperti HTML. Melainkan, XML sebenarnya adalah 'metalanguage', yang memperbolehkan anda untuk merancang bahasa markup menurut selera anda untuk segala jenis dokumen.
XML memudahakan mesin untuk membaca situs dari web, dengan cara membuat pengembang web dapat menambahkan lebih banyak “tag” pada halaman sebuah web. Saat ini, ketika anda menggunakan browser anda untuk mencari sebuah situs web, mesin pencari bisa memunculkan banyak pilihan, akibatnya sulit mencari situs khusus yang anda inginkan - katakanlah, situs yang menyediakan resep hidangan ayam rendah kalori untuk 12 porsi. Menurut Krantz, “XML membuat situs web menjadi cukup cerdas untuk memberitahu mesin lain untuk mencari informasi mengenai resep masakan ayam, tiket pesawat, atau sepasang blue-jeans dengan lingkat pinggang 86cm”. XML memungkinkan pengembang situs web dapat meletakan tag pada halaman web mereka, mendeskripsikan informasi resep makanan semisal “bahan”, “kalori”, “lama memasak”, dan “porsi”. lebih lanjut browser anda tidak perlu lagi mencari semua web untuk mendapatkan resep ayam rendah kalori dengan porsi 12.
Berikut ini adalah contoh tag XML:
Maria
Roberts
/10-29-52
XML adalah sebuah terbitan standar oleh World Wide Web Consortium (W3C), dimana merupakan sebuah organisasi yang mengembangkan standar-standar yang bermacam-macam pada teknologi yang berhubungan dengan Internet seperti HTML dan Cascading Style Sheets (CSS).
Pengembangan XML dimulai pada tahun 1996 dan dimulai oleh Jon Bosak dari Sun Microsystems. Dia mengatur sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa alhi bahasa markup untuk mengembangkan sebuah versi sederhana dari SGML (Standard Generalized Markup Language) untuk Web. Pada February 1998, spesifikasi XML 1.0 menjadi sebuah rekomendasi W3C.
Sejarah mengatakan, SGML adalah sebuah cara yang besar, kuat, dan rumit untuk menyandikan kedua teks dan data. Ini sudah digunakan pada perindustrian dan perdagangan besar sejak tahun 1986, dan terdapat keahlian dan perangkat lunak yang signifikan di dalamnya. XML adalah versi ringan, ramping dari SGML yang cukup berguna pada fungsionalitasnya, tetapi menghapus semua fitur pilihan yang membuat SGML terlalu rumit untuk diprogramkan di dalam lingkungan Web.
Kebutuhan atas versi yang lebih kecil, sederhana pada SGML memperbolehkan untuk diproses dengan mudah baik pada mesin atau manusia dan pertukaran pada sistem operasi, aplikasi, dan perangkat keras yang berbeda. XML dapat digunakan untuk menyimpan segala jenis struktur informasi, dan mengurung atau membungkus informasi guna untuk dikirim antar sistem komputer yang berbeda dimana sebaliknya tidak dapat berkomunikasi. Semenjak publikasi terhadap rekomendasi orisinil W3C di tahun 1998, banyak teknologi telah berkembang menggunakan model XML antara lain:
1. Penyusunan dan penerbitan: CSS (Cascading Style Sheets) dan XHTML (Extensible Hypertext Markup Language).
2. Karangan, struktur dan pengesahan: SGML (Standard Generalized Markup Language) dan DTD (Document Type Definition)
3. Pemrograman: SAX (Simple API for XML) dan DOM (Document Object Model).
W3C menunjuk pada standar mereka sebagai rekomendasi. Seperti HTML dan CSS. XML adalah sebuah standar terbuka, yang artinya ini dibagi dan tersedia untuk semua. Ini memungkinkan bagi banyak perusahaan untuk masuk ke rekomendasi mereka dan memulai pada hal yang sama.

1 komentar:

seomarket mengatakan...

mantap ini sangat diperlukan untuk tambahan dalam seo selain backlink. Salam kenal komnet perdana obat pembesar penis - obat kuat cialis